Ditulis oleh; Al-Ustadz Abu Umar Ibrahim Hafizhahullah
Syaikhuna Abul ‘Abbas Yasin
al-‘Adeny hafizhahullah Ta’ala berkata ketika menjelaskan sebuah lafadz
yang dipakai oleh ahlul kalam,
“Merupakan perkara yang sudah
diketahui, bahwa manusia yang paling berilmu tentang berbagai istilah
(bid’ah dan sesat) dalam ilmu kalam, filsafat, dan mantiq adalah ahlus
sunnah wal jama’ah.
Akan tetapi, siapakah ulama yang paling berilmu tentang istilah-istilah tersebut?
Beliau adalah Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah Ta’ala. Maka, semestinya seorang sunni
mengetahui kedudukan tokoh ulama besar ini.
Beliaulah yang meneliti
lafadz-lafadz tersebut, mengetahui makna-maknanya, dan menerangkan
kepada manusia (tentang kebatilannya), sehingga mereka bisa berjalan
(dengan bimbingan ilmu) di atas petunjuk dan al-haq.
Dan dengannya pula mereka bisa mengetahui kebatilan (yang ada padanya), sehingga mereka bisa menjauhinya.
Demikianlah Allah memberikan
anugerah kepada kita dengan keberadaan para ulama yang selalu
menerangkan al-haq kepada manusia, sehingga mereka bisa berjalan di
atasnya, dan menerangkan kebatilan sehingga mereka pun bisa menjauhinya.
Dan kita -alhamdulillah- di masa
ini, diberikan kenikmatan dengan keberadaan para ulama yang menerangkan
kepada manusia berbagai lafadz-lafadz bid’ah yang dilontarkan oleh
Ikhwanul Muslimin, Hasaniyyun, Ashabul Jam’iyyat, Hajuriyyun, dan
seluruh ahli bid’ah.
Dan manusia yang paling berilmu
dengan berbagai istilah dan lafadz-lafadz yang dipakai oleh ahlul bid’ah
di masa kita ini adalah ASY-SYAIKH RABI’ hafizhahullah Ta’ala.
Beliau adalah manusia yang paling
memahami dan mengilmui tentang berbagai lafadz-lafadz dan
istilah-istilah yang dipakai oleh ahlul bid’ah.
Dan sebagaimana yang diucapkan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah Ta’ala, dan ini adalah faedah yang semestinya ditulis.
ASY-SYAIKH AL-ALBANI BERKATA: “AKU TELAH MEMBACA KITAB-KITAB ASY-SYAIKH RABI’, DAN AKU TIDAK MENDAPATI SATU KESALAHAN PUN PADANYA.”
Ucapan kami yang menyatakan bahwa
Syaikhul Islam adalah manusia yang paling mengetahui tentang berbagai
istilah tersebut, dan berbagai lafadz dalam ilmu kalam, filsafat, dan
mantiq, bukan bermakna bahwa tidak ada ulama lain yang mengetahui
tentang hal itu. Bahkan, didapati dari kalangan ulama seperti Ibnul
Qayyim, Ibnu Katsir, adz-Dzahabi, dan selain mereka dari kalangan ulama
yang mengetahui tentang hal itu.
Begitu pula, kalau kita
mengatakan bahwa Asy-Syaikh Rabi’ adalah manusia yang paling mengetahui
tentang firqah-firqah sesat, bukan bermakna bahwa tidak ada ulama lain
yang berbicara tentang ahlul bid’ah. Bahkan -alhamdulillah- bersama kita
terdapat banyak ulama yang berbicara tentang mereka, seperti:
Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, Asy-Syaikh Ubaid al-Jabiri; demikian pula
di negeri Yaman, seperti: Asy-Syaikh al-Wushabi, Asy-Syaikh al-Bura’i,
Asy-Syaikh al-Imam, dan selain mereka. Mereka semua berbicara tentang
ahlul bid’ah, menyingkap dan membongkar kedok mereka.
Akan tetapi, apabila dikatakan
bahwa manusia yang paling berilmu (tentang suatu perkara) adalah ulama
Fulan, bukan bermakna bahwa hal itu menafikan keilmuan/pengetahuan
ulama yang lain.
Maka, sungguh kita bergembira dengan nikmat yang agung ini.
Kita memuji Allah atas anugerah
nikmat yang sangat besar ini, yakni nikmat berupa keberadaan para ulama
yang selalu menerangkan al-haq kepada manusia, memerintahkan mereka
dengannya, dan menjauhkan umat dari berbagai kebatilan.”
Wallahu a’lam bish shawab.
Fawaid dari dars Syarh al-Aqidah
ath-Thahawiyah, pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 1435 H/13 Januari
2014, oleh Syaikhuna Abul ‘Abbas Yasin al-‘Adeny hafizhahullah Ta’ala di
Markiz Daril Hadits al-Fiyush.
Semoga Allah Ta’ala selalu menjaganya dari segala makar, dan keburukan.