Archive for September 2015

Syi’ah dan Kemaksuman Para Imam

Unknown

Link Author

Title: Syi’ah dan Kemaksuman Para Imam
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

SYI’AH DAN KEMAKSUMAN PARA IMAM Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal Kaum Syiah Rafidhah meyakini bahwa 12 imam mereka m...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP05ua6O9nftPsphyphenhyphenyaRBu7r4CXG9avLa8It6M5ooNRl6itXgVIlZqW2TxZpdefSe7rGfqza4zBZHbiszsuE7kqnbUWuuSw-gyQvg4j4DCGrERHaQdfh2hQHd9l93a8M7Kem6RTLg89oBc/s1600/Al-Haq+%25285%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP05ua6O9nftPsphyphenhyphenyaRBu7r4CXG9avLa8It6M5ooNRl6itXgVIlZqW2TxZpdefSe7rGfqza4zBZHbiszsuE7kqnbUWuuSw-gyQvg4j4DCGrERHaQdfh2hQHd9l93a8M7Kem6RTLg89oBc/s640/Al-Haq+%25285%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>SYI’AH DAN KEMAKSUMAN PARA IMAM</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b> </b>
</div>
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #993300;"><i>Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal</i></span><br />
<br />
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum Syiah Rafidhah meyakini bahwa 12 imam mereka memiliki sifat <i>ishmah (</i>maksum).
 Menurut mereka, maksum adalah tidak pernah berbuat dosa besar ataupun 
kecil, bahkan tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali, baik ucapan 
maupun perbuatan. Disebutkan oleh al-Majlisi dalam<i>Biharul Anwar</i>, 
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Syiah Imamiyah (Rafidhah, -pen.) 
bersepakat atas kemaksuman para imam—‘alaihimus salam—dari dosa-dosa, 
yang kecil dan yang besar. Mereka sama sekali tidak memiliki dosa, baik 
secara sengaja, lupa, keliru dalam penakwilan, maupun Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> yang menjadikannya lalai.” (<i>Biharul Anwar</i>, 25/211, <i>Ushul</i> <i>Madzhab asy-Syiah</i>, 775)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pula yang ditegaskan oleh seorang 
tokoh Syiah yang hidup di abad keempat, Ibnu Babawaih. Ia berkata, 
“Agama Syiah Imamiyah menyatakan, ‘Keyakinan kami tentang para imam, 
mereka adalah maksum, disucikan dari setiap kotoran, tidak pernah 
berbuat dosa kecil ataupun besar, dan tidak pernah bermaksiat kepada 
Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> dalam hal yang Allah <i>Subhanahu wata’ala</i> perintahkan,
 serta senantiasa mengerjakan apa saja yang diperintahkan. Siapa yang 
mengingkari kemaksuman mereka dalam keadaan apa pun, sungguh ia telah 
menuduh mereka jahil. Siapa yang menuduh mereka jahil, sungguh ia telah 
kafir. Keyakinan kami terhadap mereka bahwa mereka maksum, memiliki 
sifat yang sempurna dan ilmu yang sempurna dari awal urusan mereka 
hingga akhirnya. Setiap keadaan mereka tidak memiliki sifat kekurangan, 
maksiat, dan tidak pula kejahilan’.” (<i>al-I’tiqadat</i>, hlm. 108—109, <i>Ushul Madzhab Syiah</i>, 780)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka juga berkata, “Sesungguhnya para 
sahabat kami dari kalangan Syiah Imamiyah telah bersepakat bahwa para 
imam itu maksum dari berbagai dosa kecil ataupun besar, secara sengaja, 
keliru, ataupun lupa, sejak mereka lahir hingga bertemu Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>.” (<i>Biharul</i> <i>Anwar</i>, 25/350—351)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulan dari apa yang disebutkan di atas, bahwa:</div>
<ol>
<li>Yang dimaksud maksum menurut versi Syiah
 adalah tidak pernah berbuat dosa apa pun, kecil atau besar, bahkan 
tidak pernah keliru, lalai, dan lupa.</li>
<li>Kemaksuman para imam adalah hal yang telah disepakati/ijma’ ulama.</li>
<li>Siapa yang mengingkari kemaksuman para imam, dia kafir dan keluar dari Islam.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Anehnya, tatkala menafikan adanya sifat <i>sahwu </i>(lupa) dari para imam, mereka menetapkan bahwa Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> mengalami kelupaan. Mereka anggap pendapat yang mengingkari adanya sifat lupa dari Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> sebagai mazhab yang <i>ghuluw </i>dan melampaui batas. Al-Majlisi berkata dalam kitabnya, <i>Man</i> <i>La Yahdhuruhul Faqih</i>, “Sesungguhnya para <i>ghulat </i>(kelompok yang berlebihlebihan) dan ahli <i>tafwidh</i>—semoga Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> melaknat mereka—mengingkari sifat lupa Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i>.<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka berkata, ‘Seandainya bisa terjadi 
kelupaan di dalam shalat, bisa pula terjadi kelupaan dalam menyampaikan 
agama. Sebab, shalat adalah kewajiban sebagaimana halnya meyampaikan 
agama juga kewajiban… Lupanya Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> tidak sama dengan lupanya kita karena lupa beliau <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> mberasal dari Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>. Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>
 yang menjadikannya lupa dalam rangka mengabarkan bahwa beliau adalah 
manusia biasa dan seorang makhluk, sehingga tidak dijadikan sebagai Rabb
 yang disembah selain-Nya.<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu untuk menerangkan kepada manusia
 hukum sujud sahwi saat terjadi kelupaan. Adalah Syaikh kami, Muhammad 
bin al-Hasan bin Ahmad bin al-Walid berkata, ‘Tingkatan <i>ghuluw </i>yang pertama adalah mengingkari bahwa Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> pernah lupa. Aku mengharapkan pahala dari Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> untuk menulis sebuah kitab khusus yang menetapkan sifat lupa bagi Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> dan bantahan terhadap para pengingkarnya’.” (<i>Man La Yahdhuruhul</i> <i>Faqih</i>, 1/234)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, ar-Ridha menetapkan bahwa sifat 
lupa dapat dialami oleh siapa saja, bahkan para imam mereka sekalipun. 
Ia berkata, “Sesungguhnya yang tidak pernah lupa hanyalah Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>. Kitab kitab Syiah banyak meriwayatkan berita tentang lupanya Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> dalam shalat.” (<i>Man La Yahdhuruhul Faqih</i>, 1/233)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, dalam kitab-kitab Syiah 
sendiri banyak sekali dinukil bahwa para imam mereka mengalami kesalahan
 dan kelupaan.Di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah yang 
disebutkan dalam kitab <i>Nahjul Balaghah</i>—salah satu kitab kebanggaan kaum Syiah—tentang doa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i>,</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَنْتَ
 أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي فَإِنْ عُدْتُ فَعُدْ عَلَيَّ باِلْمَغْفِرَةِ، 
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا وَأَيْتُ مِنْ نَفْسِي وَلَمْ تَجِدْ لَهُ 
وَفَاءً عِنْدِي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا تَقَرَّبْتُ بِهِ إِلَيْكَ 
بِلِسَانِي ثُمَّ خَالَفَ قَلْبِي، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي رَمَزَاتِ 
الْأَلْحَاظِ وَسَقَطَاتِ الْأَلْفَاظِ وَشَهَوَاتِ الْجِنَانِ وَهَفَوَاتِ
 اللِّسَان</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Ya Allah, ampunilah aku sesuatu yang 
Engkau lebih mengetahui dariku, dan jika aku mengulanginya, kembalilah 
kepadaku dengan ampunan-Mu. Ya Allah, ampunilah aku terhadap apa yang 
aku janjikan pada diriku lalu Engkau mendapatiku tidak menepatinya. Ya 
Allah, ampunilah aku terhadap sesuatu yang aku mendekatkan diri 
kepada-Mu dengan lisanku, tetapi hatiku menyelisihinya. Ya Allah, 
ampunilah aku dari cibiran</i><i> </i><i>mata (merendahkan atau mengolok</i><b>–</b><i>olok, –</i>pen.<i>), dan</i><i> </i><i>ketergelinciran lafadz</i><i> </i><i>ucapan, syahwat hati, dan kekeliruan</i><i> </i><i>lisan.” </i>(<i>Nahjul Balaghah</i>, hlm. 104)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seandainya Ali bin Abi Thalib <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i> dianggap sebagai imam yang maksum, lantas mengapa beliau berdoa memohon ampunan kepada Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> 
 dari segala dosa dan kesalahan, sebagaimana yang disebutkan oleh 
riwayat ini? Demikian pula, mereka meriwayatkan dari Abu Abdillah Ja’far
 ash-Shadiq bahwa beliau berkata,</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">إِنَّا لَنُذْنِبُ وَنَسِيءُ ثُمَّ نَتُوبُ إِلَى اللهِ مَتَابًا</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Sesungguhnya kami berbuat dosa</i><i> </i><i>dan keburukan, lalu kami bertobat kepada</i><i> </i><i>Allah </i><i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> <i>dengan sebenar-benarnya.”</i><i> </i>(<i>Biharul Anwar</i>, 25/207)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum Syiah juga meriwayatkan dari salah 
seorang imam mereka, Abul Hasan Musa al-Kazhim, ia berkata, “Wahai 
Rabbku, aku bermaksiat kepada-Mu dengan lisanku. Seandainya Engkau 
berkehendak, tentu Engkau telah menjadikanku bisu. Aku bermaksiat 
kepada-Mu dengan pandanganku, jika Engkau ingin, tentu Engkau telah 
menjadikanku buta. Aku telah bermaksiat kepada-Mu dengan 
pendengaranku,jika Engkau ingin, tentu Engkau telah menjadikanku tuli. 
Aku bermaksiat kepadamu dengan tanganku, jika Engkau ingin, tentu Engkau
 telah menjadikanku buntung. Aku telah bermaksiat kepada- Mu dengan 
kemaluanku, jika Engkau ingin, Engkau telah menjadikanku mandul. Aku 
bermaksiat kepada-Mu dengan kakiku, jika Engkau ingin, tentu Engkau 
telah menjadikanku lumpuh. Aku telah bermaksiat kepada-Mu dengan seluruh
 anggota tubuhku yang telah Engkau berikan kepadaku sebagai kenikmatan, 
dalam keadaan aku tidak mampu membalas-Mu.” (<i>Biharul Anwar</i>, 25/203)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Masih banyak riwayat yang terdapat dalam 
kitab-kitab kaum Syiah sendiri yang menetapkan bahwa para imam pun tidak
 luput dari kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, al-Majlisi 
bingung menyikapi masalah kemaksuman para imam ini karena banyak riwayat
 yang menunjukkan bahwa para imam mereka pun mengalami kelupaan dan 
kesalahan. Sementara itu, di sisi lain dia harus berhadapan dengan 
pernyataan para tokoh Syiah lainnya yang menganggap hal ini sebagai 
ijma’ dan mengafirkan orang yang mengingkari kemaksuman para imam. Ia 
berkata, “Masalah ini memang sangat rumit. Sebab, banyak riwayat dan 
ayat yang menunjukkan adanya kelupaan yang mereka (para imam, -pen.) 
alami, padahal para sahabat kami bersepakat—kecuali yang ganjil 
pendapatnya—tidak bolehnya hal tersebut terjadi pada mereka.” (<i>Biharul Anwar</i>, 25/351, <i>Ushul Madzhab Syiah</i>, 782)</div>
<div style="text-align: justify;">
<h4>
<b>Maksum Versi Ahlus Sunnah</b></h4>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Ahlus Sunnah meyakini bahwa para Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam </i>terpelihara dan terjaga dalam menyampaikan wahyu yang datang dari Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>
 kepada umatnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, 
“Kaum muslimin sepakat bahwa mereka (para Nabi) adalah maksum 
(terpelihara) dalam hal yang mereka sampaikan dari Allah <i>Subhanahu wata’ala</i>. Tidak mungkin Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>membiarkan
 mereka salah menyampaikan risalah dari-Nya. Dengan ini, tercapailah 
tujuan diutusnya (par rasul). Adapun sebelum diutus sebagai nabi tidak 
pernah bersalah atau berbuat dosa, tidak ada keharusan seperti itu dalam
 sifat kenabian.” (<i>Minhajus Sunnah</i>, Ibnu Taimiyah, 2/395)<br />
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://asysyariah.com/kajian-utama-syiah-dan-kemaksuman-para-imam/" target="_blank"><b>Majalah Asy Syariah</b></a></div>

Syi’ah dan Kemaksuman Para Imam

SYI’AH DAN KEMAKSUMAN PARA IMAM Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal Kaum Syiah Rafidhah meyakini bahwa 12 imam mereka memiliki sifat ishmah (maksum). Menurut mereka, maksum adalah tidak pernah…

Syi’ah dan Imamah

Unknown

Link Author

Title: Syi’ah dan Imamah
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

SYI’AH DAN IMAMAH Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal Keimaman dalam agama Syiah adalah prinsip yang paling utama. Seluruh...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_MIVT2YKnxFdkleMDHSHjdOwpVZntwkod3tFuYjBNt3VGPMf4zKcmPGovV059_rjBqYK1JtqIVosp5TZQq5-YFPd5gyz-po0ubvS867wZLPkotEwKg36RJ-9MdXuYvwb5GHYoNvGgRFrv/s1600/Al-Haq+%25284%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_MIVT2YKnxFdkleMDHSHjdOwpVZntwkod3tFuYjBNt3VGPMf4zKcmPGovV059_rjBqYK1JtqIVosp5TZQq5-YFPd5gyz-po0ubvS867wZLPkotEwKg36RJ-9MdXuYvwb5GHYoNvGgRFrv/s640/Al-Haq+%25284%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>SYI’AH DAN IMAMAH</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b> </b>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #993300;"><i>Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal</i></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Keimaman dalam agama Syiah adalah prinsip yang paling utama. Seluruh 
keyakinan dan seluruh riwayat mereka kembali kepada masalah keimamahan 
ini. Masalah imamah (kepemimpinan) inilah yang menjadi inti ajaran dan 
asal muasal lahirnya pemikiran Syiah yang dibawa oleh Abdullah bin 
Saba’. Kitab-kitab Syiah mengakui bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang 
yang pertama memopulerkan keyakinan wajibnya meyakini kepemimpinan 
(keimamahan) Ali bin Abi Thalib<i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i>, menampakkan sikap berlepas diri dari musuh-musuhnya, dan menyingkap para penentangnya, serta mengafirkan mereka. (<i>Rijal al-Kisysyi</i>, hlm.108—109, <i>al-</i> <i>Maqalat wal Firaq</i>, hlm. 20 karya an Nubakhti, <i>Ushul Madzhab asy-Syiah</i>, hlm. 654)</div>
<div style="text-align: justify;">
Itu pula yang ditetapkan oleh Ahlus Sunnah, sebagaimana yang disebutkan oleh asy-Syahrastani dalam <i>al-Milal</i> <i>wa an-Nihal </i>bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang pertama yang memunculkan pendapat tentang keimamahan Ali <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i>. (<i>al-Milal wa an-Nihal</i>,1/174)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut kaum Syiah, pengangkatan imam adalah janji yang telah ditetapkan Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> kepada mereka satu per satu. Dalam kitab <i>al-Kafi </i>disebutkan sebuah bab dengan judul “Imamah Adalah Janji dari Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> yang Telah Ditetapkan dari Seseorang kepada yang Lain”. Ada juga bab “Nash yang Disebutkan Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> dan Rasul-Nya Terhadap Para Imam Satu Persatu”. (<i>al-Kafi</i>, 1/227 dan 1/286)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah seorang tokoh rujukan Syiah, Muhammad Husain Alu Kasyifil 
Ghitha, berkata, “Imamah adalah kedudukan ilahiah seperti halnya 
kenabian. Sebagaimana halnya Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> 
memilih siapa yang Dia kehendaki dari parahamba-Nya menjadi nabi dan 
rasul, lalu menguatkannya dengan mukjizat sebagai pembuktian nash dari 
Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>…, demikian pula Dia memilih siapa
 yang dikehendaki-Nya menjadi imam dan memerintah Nabi-Nya untuk 
menyebutkannya secara tegas, dan mengangkatnya sebagai pemimpin bagi 
umat manusia setelahnya.” (<i>Ashlus Syiah</i> <i>wa Ushuluha</i>, hlm. 58, <i>Ushul Madzhab</i> <i>asy-Syiah</i>, hlm. 655)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>Kedudukan <i>Imamah </i>dalam Agama Syiah</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam agama Syiah, kedudukan imamah jauh lebih mulia dari kedudukan seorang nabi utusan Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>.
 Inilah yang dijelaskan oleh para tokoh Syiah. Ni’matullah al-Jazairi 
berkata, “Keimamahan yang bersifat umum yang merupakan kedudukan di atas
 tingkatan kenabian dan kerasulan….” (<i>Zahrur Rabi’</i>, hlm. 12)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadi at-Taharani berkata, “Keimaman lebih agung daripada kenabian. Sebab, keimamahan adalah kedudukan ketiga yang Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> memuliakan Ibrahim dengannya setelah kedudukan nabi dan khalil.” (<i>Wadayi’ an-Nubuwah</i>, hlm. 114)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia juga mengatakan, “Sesungguhnya yang paling agung dalam agama yang Allah <i><i>Subhanahu wata’ala </i></i>mengutus Nabi-Nya ini adalah masalah imamah.” (<i>Wadayi’ an-Nubuwah</i>, hlm. 115)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Kulaini meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ja’far, ia berkata, 
“Islam dibangun di atas lima hal: shalat, zakat, puasa, haji, dan 
keimaman (kepemimpinan). Tidak ada sesuatu yang lebih penting untuk 
didakwahkan selain kepemimpinan. Namun, manusia mengambil yang empat dan
 meninggalkan yang satu ini.” (<i>Ushul al-Kafi</i>, 2/18)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikanlah riwayat yang mereka sebutkan di atas… Mereka menjadikan
 masalah imamah sebagai pengganti dua kalimat syahadat!! Di samping itu,
 menjadikannya sebagai rukun Islam yang terpenting. Adakah kesesatan 
yang melebihi kesesatan mereka ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>Berapa Jumlah Imam?</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Kaum Syiah berselisih pendapat dalam menyebutkan jumlah imam mereka. Disebutkan dalam <i>Mukhtashar at-Tuhfah</i>,
 “Ketahuilah bahwa Imamiyah berpendapat bahwa jumlah imam itu terbatas, 
namun mereka berselisih tentang jumlahnya. Sebagian mengatakan lima, 
sebagian lagi mengatakan tujuh, sebagian lagi mengatakan delapan, 
sebagian lagi mengatakan dua belas, dan sebagian mengatakan tiga belas.”
 (<i>Mukhtashar</i> <i>Tuhfah</i>, hlm.193, <i>Ushul Madzhab asy-</i> <i>Syiah</i>, hlm. 666)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian terjadi kesepakatan bahwa jumlah imam terbatas menjadi dua 
belas, setelah meninggalnya al-Hasan al-Askari yang dianggap sebagai 
imam kesebelas. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, 
“Tidak ada seorang pun dari keturunan keluarga Nabi dari bani Hasyim,<i>’</i>baik
 di masa Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam, Abu Bakr, Umar, 
Utsman, maupun Ali Radhiyallahu ‘anhuma, yang berpendapat bahwa imam itu
 berjumlah dua belas.” (<i>Minhajus Sunnah</i>, 2/111) Beliau juga 
berkata, “Sebelum wafatnya al-Hasan (yakni al-Hasan bin Ali al-‘Askari 
yang dianggap sebagai imam kesebelas kaum Syiah), tidak seorang pun yang
 berpendapat imam <i>muntazhar </i>sebagai imam mereka yang kedua belas.
 Tidak ada seorang pun di zaman Ali dan zaman bani Umayyah yang 
menetapkan jumlah imam dua belas.” (<i>Minhajus Sunnah</i>, 4/209) Dua belas imam yang ditetapkan oleh kaum Syiah Imamiyah adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ol>
<li>Ali bin Abi Thalib, Abul Hasan al-Murtadha</li>
<li>Al-Hasan bin Ali, Abu Muhammad az-Zaki</li>
<li>Al-Husain bin Ali, Abu Abdillah asy-Syahid</li>
<li>Ali bin al-Husain Abu Muhammad, Zainul Abidin</li>
<li>Muhammad bin Ali Abu Ja’far al-Baqir</li>
<li>Ja’far bin Muhammad, Abu Abdillah ash-Shadiq</li>
<li>Musa bin Ja’far Abu Ibrahim al-Kazhim</li>
<li>Ali bin Musa Abul Hasan ar-Ridha</li>
<li>Muhammad bin Ali, Abu Ja’far al-Jawad</li>
<li>Ali bin Muhammad Abul Hasan al-Hadi</li>
<li>Al-Hasan bin Ali, Abu Muhammad al-Askari</li>
<li>Muhammad bin al-Hasan Abul Qasim al-Mahdi</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, disebutkan dalam kitab yang paling pertama yang tampak dari 
kalangan Syiah, yaitu kitab Salim bin Qais, dia justru menetapkan bahwa 
jumlah imam itu ada tiga belas. Bahkan, dalam sebagian riwayat kaum 
Syiah, Ali bin Abi Thalib <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i> tidak masuk 
dalam daftar sebagai imam yang berjumlah dua belas. Dalam kitab yang 
paling sahih menurut versi Syiah, terdapat riwayat</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
yang menerangkan bahwa imam mereka berjumlah tiga belas. Al-Kulaini 
meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ja’far, ia berkata, Rasulullah <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> bersabda, <i>“Sesungguhnya
 aku dan dua belas imam dari keturunanku. Adapun engkau, wahai Ali, 
adalah kancingnya bumi, yaitu sebagai pancang dan bukitnya. Dengan kami,</i><i> </i><i>Allah </i><i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> <i>mengokohkan bumi agar tidak</i><i> </i><i>lenyap bersama penghuninya. Jika dua</i><i> </i><i>belas dari keturunanku telah pergi, bumi</i><i> </i><i>ini akan lenyap beserta penghuninya</i><i> </i><i>dan mereka tidak memerhatikannya.”</i><i> </i>(<i>Ushul al-Kafi</i>, 1/534)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pula yang diriwayatkan dari Abu Ja’far, dari Jabir, ia 
berkata, “Aku masuk bertemu Fatimah. Di hadapannya ada lempengan yang di
 dalamnya bertuliskan nama-nama (imam) yang diberi wasiat dari 
keturunannya. Fatimah menghitungnya berjumlah dua belas. Yang terakhir 
adalah al-Qaim. Tiga di antara mereka bernama Muhammad, dan tiga di 
antara mereka bernama Ali.” (<i>Ushul al-Kafi</i>, 1/532)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lihatlah, riwayat ini menyebutkan bahwa imam dua belas itu berasal 
dari keturunan Fatimah. Jadi, Ali bin Abi Thalib tidak termasuk dari 
kalangan imam mereka karena beliau adalah suami Fatimah, bukan anaknya. 
Adanya perselisihan penentuan jumlah imam, menunjukkan bahwa pembatasan 
dua belas imam tersebut sama sekali tidak dibangun di atas landasan yang
 jelas dari kitabullah atau sunnah Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i>. Lantas bagaimana bisa hal ini dianggap sebagai bagian rukun Islam, bahkan menggantikan posisi dua kalimat syahadat?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://asysyariah.com/kajian-utama-syiah-dan-imamah/" target="_blank"><b>Majalah Asy Syariah</b></a></div>

Syi’ah dan Imamah

SYI’AH DAN IMAMAH Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal Keimaman dalam agama Syiah adalah prinsip yang paling utama. Seluruh keyakinan dan seluruh riwayat mereka kembali kepada masalah keimamaha…

Bantahan Untuk Syubhat Batil Kaum Khawarij

Unknown

Link Author

Title: Bantahan Untuk Syubhat Batil Kaum Khawarij
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

BANTAHAN UNTUK SYUBHAT BATIL KAUM KHAWARIJ Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry حفظه الله Bagaimana kita membantah orang yan...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ4ZDsQ8duWkg7mFFfmEySCp0-Ds8q11lZW_Hf22Ou-ECRjwewfu3vZclJfJriCCNRtREXnpgzWszDYsOI5D0hzHt-9NOyeitqpjavOCCA4It5kSA0co7gwi_KQw_qB16ZTqNJBLE3SNgy/s1600/Al-Haq+%252818%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ4ZDsQ8duWkg7mFFfmEySCp0-Ds8q11lZW_Hf22Ou-ECRjwewfu3vZclJfJriCCNRtREXnpgzWszDYsOI5D0hzHt-9NOyeitqpjavOCCA4It5kSA0co7gwi_KQw_qB16ZTqNJBLE3SNgy/s640/Al-Haq+%252818%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<b>BANTAHAN UNTUK SYUBHAT BATIL KAUM KHAWARIJ</b>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry حفظه الله</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana kita membantah orang yang berdalil bolehnya memberontak 
terhadap penguasa dengan alasan bahwa sebagian shahabat memberontak 
kepada khalifah (penguasa)?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Soal:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ahsanallahu 
ilaikum (semoga Allah senantiasa berbuat baik kepada antum). Ini adalah 
pertanyaan keenam pada pelajaran ini. Penanya berkata, “Bagaimana kita 
membantah orang yang membolehkan untuk memberontak kepada penguasa 
dengan dalil bahwa Abdullah bin az-Zubair dan al-Hasan bin Ali -semoga 
Allah meridhai mereka- memberontak kepada khalifah?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jawaban:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><i>Pertama: </i></span>Jangan kalian lupa terhadap apa yang telah saya sebutkan kepada kalian beberapa dalil,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: large;">((إِذَا ذُكِرَ أَصْحَابِي فَأَمْسِكُوا))</span></blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jika para shahabatku disebut, tahanlah (diri-diri kalian, pen)”</div>
<div style="text-align: justify;">
Juga hadits,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">لا تسبوا أصحابي</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Janganlah kalian mencela para shahabatku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><i>Kedua:</i></span> Tidak ada ucapan
 seorangpun yang (dikedepankan, pen) setelah Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wasallam. Kita menahan (diri-diri kita) untuk bertindak zhalim 
kepada kedua shahabat tersebut dan para shahabat yang lainnya. Kewajiban
 kita semua adalah mendengar dan taat kepada wali amr (pimpinan) kaum 
muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Alihbahasa; Ustadz Abu Bakar Jombang حفظه الله<br />
<a href="https://ia902701.us.archive.org/10/items/AsySyaikhUbaidBinAbdillahAlJabiry_201501/Bantahan%20Untuk%20Syubhat%20Batil%20Kaum%20Khawarij.mp3" target="_blank"><b><br /></b></a>

Sumber : <a href="http://ar.miraath.net/fatwah/10431" style="font-weight: inherit;">http://ar.miraath.net/fatwah/10431</a><br />
<br />
<style type="text/css">
.seocipsmusic {border:2px solid#4eabff;background:url("###");color:#fff;color:#000; padding:3px; width:100%; height:auto}
</style>

<br />
<div class="seocipsmusic">
<div class="seocipsxpmusic">
<div style="padding: 10px;">
<span style="font-size: x-small;"><b>BANTAHAN UNTUK SYUBHAT BATIL KAUM KHAWARIJ<br /><b>Asy Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry حفظه الله</b></b></span></div>
<div style="padding: 10px;">
<audio controls="">
<source src="https://ia902701.us.archive.org/10/items/AsySyaikhUbaidBinAbdillahAlJabiry_201501/Bantahan%20Untuk%20Syubhat%20Batil%20Kaum%20Khawarij.mp3"></source>
</audio>
<br />
<br />
<div style="text-align: left;">
<a href="http://alhaq.dke.web.id/" rel="dofollow" target="_blank" title="Download Audio">
<img alt="Download Audio" border="0" height="30px" onclick="window.open('https://ia902701.us.archive.org/10/items/AsySyaikhUbaidBinAbdillahAlJabiry_201501/Bantahan%20Untuk%20Syubhat%20Batil%20Kaum%20Khawarij.mp3'); return false;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEXb5ge2SNYFBAZl98PMhLL4RxxOncYQbQBulFxtbsWH-37NStQBksTcoieeCi-o4v_TLHG6F_BRHjXAHBEeuv4ST3zwLk7cUifgvGT6PZJ1_nfyqQ4q-wSUXLSTE-QfUvN7OqQE6cpLs/s1600/download.gif" width="100px" />
</a></div>
</div>
</div>
</div>

Bantahan Untuk Syubhat Batil Kaum Khawarij

BANTAHAN UNTUK SYUBHAT BATIL KAUM KHAWARIJ Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiry حفظه الله Bagaimana kita membantah orang yang berdalil bolehnya memberontak terhadap penguasa dengan alasan bahwa s…

Bantahan Terhadap Pihak Yang Menyamakan Antara: Watsiqoh Muhammad Al Imam dengan Fitnah Pemaksaan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Makhluq

Unknown

Link Author

Title: Bantahan Terhadap Pihak Yang Menyamakan Antara: Watsiqoh Muhammad Al Imam dengan Fitnah Pemaksaan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Makhluq
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

BANTAHAN TERHADAP PIHAK YANG MENYAMAKAN antara: WATSIQAH MUHAMMAD AL-IMAM, dengan FITNAH PEMAKSAAN KEYAKINAN BAHWA AL-QUR’AN ADALAH M...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyTaZ0OwTTxFczNoOa6-jBkrEgD3M7684qOL2_RHMtmdZlgM4S2kf-hdtxBrIc_p1RQId9K3xAd7P4bF1i5yeWnCc4puCjacl_kLvJ7ZsTEus9A5W-MoECp8hdv5VPN8M-Lpcj0BeLvaGI/s1600/Al-Haq+%252817%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyTaZ0OwTTxFczNoOa6-jBkrEgD3M7684qOL2_RHMtmdZlgM4S2kf-hdtxBrIc_p1RQId9K3xAd7P4bF1i5yeWnCc4puCjacl_kLvJ7ZsTEus9A5W-MoECp8hdv5VPN8M-Lpcj0BeLvaGI/s640/Al-Haq+%252817%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BANTAHAN TERHADAP PIHAK YANG MENYAMAKAN antara: WATSIQAH 
MUHAMMAD AL-IMAM, dengan FITNAH PEMAKSAAN KEYAKINAN BAHWA AL-QUR’AN 
ADALAH MAKHLUQ (pada masa al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Asy-Syaikh Abul Abbas Yasin bin Ali Al-Adny hafizhahullah</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">بسم الله الرحمن الرحيم، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد:</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Telah muncul kekacauan yang aneh, perkara yang membingungkan, dan 
kerancuan yang mengherankan dari sebagian orang –semoga Allah memberikan
 taufiq kepada kita dan mereka– yaitu berkaitan dengan “Watsiqah” (Surat
 Perjanjian Damai) yang ditandatangani oleh Muhammad Al-Imam bersama 
kaum Rafidhah yang jahat dan hina. Watsiqah tersebut telah membuka 
fitnah yang besar terhadap Dakwah Salafiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka saya ingin mengingatkan orang-orang itu dan melenyapkan kerancuan yang tiba-tiba saja muncul dari mereka ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan hanya memohon pertolongan kepada Allah saja demi meraih tujuan yang diharapkan, maka saya katakan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya memahami perbedaan-perbedaan dalam banyak hal, termasuk 
ilmu yang bermanfaat. Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah di dalam 
Al-Qawaid Al-Mutsla hal. 187:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">فتنبَّهْ للفَرق؛ فإن التنبَّه للفروق بين المتشابهات من أجود أنواع العلم، وبه يزول كثير من الإشكالات.</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Maka hendaknya engkau benar-benar memperhatikan berbagai perbedaan 
dengan seksama, karena memperhatikan berbagai perbedaan di antara 
perkara-perkara yang serupa termasuk jenis ilmu yang <b>PALING BAGUS</b>, dan dengannya akan hilanglah berbagai kesalahpahaman.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perbedaan antara Watsiqah Muhammad Al-Imam dengan fitnah pemaksaan keyakinan bahwa al-qur’an adalah makhluq, dari dua sisi:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Pertama:</b> </i>Pihak yang melakukan memaksakan 
keyakinan al-Qur’an makhluq, adalah pihak penguasa (Al-Ma’mun), sehingga
 para ulama tidak mampu untuk lari darinya, karena semua negeri-negeri 
kaum Muslimin di bawah kekuasaannya. Bahkan ketika itu Al-Ma’mun 
memerintahkan para bawahannya agar “menguji” para ulama (apakah mau 
menerima doktrin tersebuat atau tidak, pen).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
As-Suyuthy berkata dalam Tarikh al-Khulafa’ hal. 227: “Dia (Al-Ma’mun
 –pent) menulis sebuah surat kepada bawahannya di Baghdad –yaitu Ishaq 
bin Ibrahim Al-Khuza’iy– agar “menguji” para ulama, di dalam surat 
tersebut dia mengatakan…”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Muhammad Al-Imam maka sesungguhnya orang-orang yang dia 
menandatangani Watsiqah tersebut bersama mereka, bukanlah penguasa dan 
dia (al-Imam, pen) bisa lari dari mereka ke tempat yang aman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan Abu Malik Ar-Riyasy telah mengabarkan kepada saya bahwa 
Muhammad Al-Imam mengabarkan kepadanya ketika dia pulang dari haji, 
dengan mengatakan : <b>“SESUNGGUHNYA ASY-SYAIKH RABI’ MENYURUH SAYA AGAR KELUAR MENINGGALKAN MA’BAR.”</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Kedua:</b> </i>Orang-orang yang memenuhi keinginan 
Al-Ma’mun dan menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluq, mereka 
melakukan hal itu hanyalah karena takut akan dibunuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adz-Dzahaby berkata dalam Tarikhul Islam (XV/21, tahqiq Dr. Umar 
Tadmury –pent): “Ketika itu Yahya bin Ma’in dan selainnya mengatakan: 
“Kami terpaksa memenuhinya karena takut terhadap pedang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ash-Shafady berkata dalam Al-Wafy bil Wafayat, XXI/126: 
“Al-Farahayany dan selainnya mengatakan: ‘Orang yang paling mengetahui 
ilal (ilmu tentang cacat hadits –pent) di masanya adalah Ali Ibnul 
Madiny, dan yang nampak bahwasanya dia memenuhi ajakan untuk mengucapkan
 keyakinan Ibnu Abi Du-ad, karena takut terhadap pedang.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Muhammad Al-Imam maka di sana tidak ada perkara yang sifatnya 
terpaksa yang mendorongnya untuk menandatangani watsiqah tersebut, hal 
itu sebagaimana yang dia nyatakan secara terang-terangan pada khutbah 
Ied. Hanya saja kaum itu bersahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saudara kami Shalah Kantusy telah mengabarkan kepada saya bahwa 
ketika dia pergi ke Mafraq Hubaisy, Syaikh Abdul Aziz Al-Bura’iy berkata
 kepadanya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">إن الإمام لم يترك لنا سبيلا من أجل أن ندافع عنه.</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya Al-Imam tidak meninggalkan untuk kita sebuah jalan pun 
untuk membelanya.” (yakni tidak tersisa alasan apapun untuk bisa membela
 al-Imam, pen)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan Abdurrahman Mar’iy telah mengabarkan kepada saya –hal itu 
disaksikan oleh beberapa orang yang lain– bahwa asy-Syaikh Abdul Aziz 
Al-Bura’iy hampir saja menulis bantahan terhadap Al-Imam, kalau saja 
masayikh yang lain tidak mengatakan kepadanya: “Yang afdhal kita 
keluarkan penjelasan yang sifatnya umum.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin saja ada yang mengatakan bahwa keterpaksaan yang mendorong Muhammad Al-Imam adalah khawatir Ditutupnya markiz Ma’bar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya katakan: Apakah jika markiz Ma’bar ditutup berarti Dakwah Salafiyah akan lenyap?!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan saya katakan: Kalian tidak tahu barangkali penutupan markiz 
Ma’bar padanya terdapat kebaikan, hal itu karena para thullab Ma’bar 
bisa menyebar di seluruh pelosok negeri Yaman untuk mendakwahkan agama 
Allah, sehingga dakwah pun tersebar dan sulit bagi Rafidhah untuk 
mengikuti ke mana saja mereka dan menguntit mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga dengan Muhammad Al-Imam, sungguh bisa jadi dia lebih memiliki waktu yang luang untuk ilmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikanlah berbagai warisan atau peninggalan dari Asy-Syaikh 
Al-Albany berupa tulisan maupun audio yang menyebar di belahan bumi 
barat dan timur serta utara dan selatan! Apakah beliau memiliki markiz?!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala untuk bisa meraih 
kebaikan yang kita inginkan, dan penjagaan dari kesalahan dan 
ketergelinciran padanya. Sesungguhnya Dia mampu dan Maha Kuasa atasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ditulis oleh: Abul Abbas Yasin bin Ali Al-Adny</div>
<div style="text-align: justify;">
Aden – Yaman</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam Ahad, 29 Shafar 1439 H</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=14816">http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=14816</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia</div>

Bantahan Terhadap Pihak Yang Menyamakan Antara: Watsiqoh Muhammad Al Imam dengan Fitnah Pemaksaan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Makhluq

BANTAHAN TERHADAP PIHAK YANG MENYAMAKAN antara: WATSIQAH MUHAMMAD AL-IMAM, dengan FITNAH PEMAKSAAN KEYAKINAN BAHWA AL-QUR’AN ADALAH MAKHLUQ (pada masa al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah) Asy-S…

Kedudukan Asy-Syaikh Rabi’ Hafizhahullah Ta’ala Disisi Para Ulama

Unknown

Link Author

Title: Kedudukan Asy-Syaikh Rabi’ Hafizhahullah Ta’ala Disisi Para Ulama
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

KEDUDUKAN ASY-SYAIKH RABI’ HAFIZHAHULLAH TA’ALA DI SISI PARA ULAMA Ditulis oleh; Al-Ustadz Abu Umar Ibrahim Hafizhahullah Syai...

<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwQ1oDSk6qNFYyddC_WUw4kSdhUal17hZ4EXMXTQNWtcpbAHEMiKkAb1S_itAyoPxr3OLOjUzMb6jI1_hqWUaFnSmUfNKTRfXd7F4QHaOgL-iCtK2MjRXcpJKLQuZ41-wKUfjxf-s_WmlI/s1600/Al-Haq+%252830%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwQ1oDSk6qNFYyddC_WUw4kSdhUal17hZ4EXMXTQNWtcpbAHEMiKkAb1S_itAyoPxr3OLOjUzMb6jI1_hqWUaFnSmUfNKTRfXd7F4QHaOgL-iCtK2MjRXcpJKLQuZ41-wKUfjxf-s_WmlI/s640/Al-Haq+%252830%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<b>KEDUDUKAN ASY-SYAIKH RABI’ HAFIZHAHULLAH TA’ALA DI SISI PARA ULAMA</b>
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i>Ditulis oleh; Al-Ustadz Abu Umar Ibrahim Hafizhahullah</i></div>
</div>
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Syaikhuna Abul ‘Abbas Yasin 
al-‘Adeny hafizhahullah Ta’ala berkata ketika menjelaskan sebuah lafadz 
yang dipakai oleh ahlul kalam,<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
“Merupakan perkara yang sudah 
diketahui, bahwa manusia yang paling berilmu tentang berbagai istilah 
(bid’ah dan sesat) dalam ilmu kalam, filsafat, dan mantiq adalah ahlus 
sunnah wal jama’ah.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akan tetapi, siapakah ulama yang paling berilmu tentang istilah-istilah tersebut?<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Beliau adalah Syaikhul Islam Ibnu
 Taimiyyah rahimahullah Ta’ala. Maka, semestinya seorang sunni 
mengetahui kedudukan tokoh ulama besar ini.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
Beliaulah yang meneliti 
lafadz-lafadz tersebut, mengetahui makna-maknanya, dan menerangkan 
kepada manusia (tentang kebatilannya), sehingga mereka bisa berjalan 
(dengan bimbingan ilmu) di atas petunjuk dan al-haq.<br />
</div>
Dan dengannya pula mereka bisa mengetahui kebatilan (yang ada padanya), sehingga mereka bisa menjauhinya.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Demikianlah Allah memberikan 
anugerah kepada kita dengan keberadaan para ulama yang selalu 
menerangkan al-haq kepada manusia, sehingga mereka bisa berjalan di 
atasnya, dan menerangkan kebatilan sehingga mereka pun bisa menjauhinya.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dan kita -alhamdulillah- di masa 
ini, diberikan kenikmatan dengan keberadaan para ulama yang menerangkan 
kepada manusia berbagai lafadz-lafadz bid’ah yang  dilontarkan oleh 
Ikhwanul Muslimin, Hasaniyyun, Ashabul Jam’iyyat, Hajuriyyun, dan 
seluruh ahli bid’ah.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dan manusia yang paling berilmu 
dengan berbagai istilah dan lafadz-lafadz yang dipakai oleh ahlul bid’ah
 di masa kita ini adalah ASY-SYAIKH RABI’ hafizhahullah Ta’ala.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Beliau adalah manusia yang paling
 memahami dan mengilmui tentang berbagai lafadz-lafadz dan 
istilah-istilah yang dipakai oleh ahlul bid’ah.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dan sebagaimana yang diucapkan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah Ta’ala, dan ini adalah faedah yang semestinya ditulis.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
ASY-SYAIKH AL-ALBANI BERKATA:  <b>“AKU TELAH MEMBACA KITAB-KITAB ASY-SYAIKH RABI’, DAN AKU TIDAK MENDAPATI SATU KESALAHAN PUN PADANYA.”</b><br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ucapan kami yang menyatakan bahwa
 Syaikhul Islam adalah manusia yang paling mengetahui tentang berbagai 
istilah tersebut, dan berbagai lafadz dalam ilmu kalam, filsafat, dan 
mantiq, bukan bermakna bahwa tidak ada ulama lain yang mengetahui 
tentang hal itu. Bahkan, didapati dari kalangan ulama seperti Ibnul 
Qayyim, Ibnu Katsir, adz-Dzahabi, dan selain mereka dari kalangan ulama 
yang mengetahui tentang hal itu.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Begitu pula, kalau kita 
mengatakan bahwa Asy-Syaikh Rabi’ adalah manusia yang paling mengetahui 
tentang firqah-firqah sesat, bukan bermakna bahwa tidak ada ulama lain 
yang berbicara tentang ahlul bid’ah. Bahkan -alhamdulillah- bersama kita
 terdapat banyak ulama yang berbicara tentang mereka, seperti: 
Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, Asy-Syaikh Ubaid al-Jabiri; demikian pula 
di negeri Yaman, seperti: Asy-Syaikh al-Wushabi, Asy-Syaikh al-Bura’i, 
Asy-Syaikh al-Imam, dan selain mereka. Mereka semua berbicara tentang 
ahlul bid’ah, menyingkap dan membongkar kedok mereka.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akan tetapi, apabila dikatakan 
bahwa manusia yang paling berilmu (tentang suatu perkara) adalah ulama 
Fulan,  bukan bermakna bahwa hal itu menafikan keilmuan/pengetahuan 
ulama yang lain.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Maka, sungguh kita bergembira dengan nikmat yang agung ini.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Kita memuji Allah atas anugerah 
nikmat yang sangat besar ini, yakni nikmat berupa keberadaan para ulama 
yang selalu menerangkan al-haq kepada manusia, memerintahkan mereka 
dengannya, dan menjauhkan umat dari berbagai kebatilan.”<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Wallahu a’lam bish shawab.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Fawaid dari dars Syarh al-Aqidah 
ath-Thahawiyah, pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 1435 H/13 Januari 
2014, oleh Syaikhuna Abul ‘Abbas Yasin al-‘Adeny hafizhahullah Ta’ala di
 Markiz Daril Hadits al-Fiyush.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Semoga Allah Ta’ala selalu menjaganya dari segala makar, dan keburukan.</div>

Kedudukan Asy-Syaikh Rabi’ Hafizhahullah Ta’ala Disisi Para Ulama

KEDUDUKAN ASY-SYAIKH RABI’ HAFIZHAHULLAH TA’ALA DI SISI PARA ULAMA Ditulis oleh; Al-Ustadz Abu Umar Ibrahim Hafizhahullah Syaikhuna Abul ‘Abbas Yasin al-‘Adeny hafizhahullah Ta’ala berkata ketika me…

Menjadi Suami Yang Terbaik (Bagian 1)

Unknown

Link Author

Title: Menjadi Suami Yang Terbaik (Bagian 1)
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

Ditulis oleh: Ustadz Abu Umar Ibrahim Hafizhahullah Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah Ta’ala berkata di dalam kitabnya Manhajus Sa...

<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNRgwPCAMO8EN_HMGgYEiRWjlgs7rN33fHbyVZxxQmh-2ah4vH9rgg-basoL1pvsXpQ8QMrk4XXNGg-q7iJrZqY-c9WxNNIRByhlaTKZoVDNaIKaJw0vALm-EGDsdHgoVnQQsM3_-a5GVC/s1600/Al-Haq+%252829%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNRgwPCAMO8EN_HMGgYEiRWjlgs7rN33fHbyVZxxQmh-2ah4vH9rgg-basoL1pvsXpQ8QMrk4XXNGg-q7iJrZqY-c9WxNNIRByhlaTKZoVDNaIKaJw0vALm-EGDsdHgoVnQQsM3_-a5GVC/s640/Al-Haq+%252829%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<i><b>Ditulis oleh: Ustadz Abu Umar Ibrahim <b><i>Hafizhahullah</i></b></b></i></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div dir="ltr">
<br />
<div style="text-align: justify;">
Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah Ta’ala berkata di dalam kitabnya Manhajus Salikin:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang 
yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya kepada 
keluarga (istrinya).” (HR. at-Tirmidzi dan ad-Darimi)<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Asy-Syaikh Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah Ta’ala menjelaskan:<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Hadits di atas adalah hadits yang hasan.<br />
<br />
Padanya terdapat seruan kepada para suami agar berakhlak yang baik kepada istrinya.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akhlak yang baik merupakan perangai yang seharusnya ada pada diri seseorang.<br />
<br />
Akhlak yang baik merupakan bukti atas kesempurnaan iman.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Wahai suami,<br />
<br />
istri adalah manusia yang paling berhak mendapatkan perlakuan yang baik darimu.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Wahai suami,<br />
<br />
Tidak sepantasnya dirimu bermuka manis, berperilaku santun kepada orang 
lain, sementara kepada istrimu sendiri, kamu berbuat jelek.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dengarkan kembali sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam, “Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik 
akhlaknya kepada keluarga (istrinya).”<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Subhanallah, resapi dengan baik….<br />
<br />
Ini adalah peringatan yang agung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi para suami,<br />
<br />
agar mereka berakhlak yang baik kepada istrinya.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Wallahu a’lam bish shawab.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Bersambung, insya Allah…<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Fawaid dari dars Manhajus Salikin bab: ‘Isyratin Nisa oleh Asy-Syaikh
 Abdurrahman al-’Adeny hafizhahullah Ta’ala di Markiz Daril Hadits 
al-Fiyush.</div>

Menjadi Suami Yang Terbaik (Bagian 1)

Ditulis oleh: Ustadz Abu Umar Ibrahim Hafizhahullah Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah Ta’ala berkata di dalam kitabnya Manhajus Salikin: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang…

Pelajaran Dari Sebuah Kisah

Unknown

Link Author

Title: Pelajaran Dari Sebuah Kisah
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

PELAJARAN DARI SEBUAH KISAH Syaikh kami Abu Muhammad sholah kentusy -hafizahullah wa ro’aah- di salah satu dars ushul alfiqhnya da...

<div dir="ltr" style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Io5ybjThUeQiOPgYdQ-0gZVFtsPV1AlmQ5N0E3v0c6gajCgyxLRmODUJ3aAgQ_Xvov0HM_q3bZ5EsZQhpPr8OkhD9jVza0qbSEkfdhHUK3TWXXWfygo4o113O9neV3cf2pgL_3ZlgnHO/s1600/Al-Haq+%252828%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Io5ybjThUeQiOPgYdQ-0gZVFtsPV1AlmQ5N0E3v0c6gajCgyxLRmODUJ3aAgQ_Xvov0HM_q3bZ5EsZQhpPr8OkhD9jVza0qbSEkfdhHUK3TWXXWfygo4o113O9neV3cf2pgL_3ZlgnHO/s640/Al-Haq+%252828%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<b>PELAJARAN DARI SEBUAH KISAH</b><br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Syaikh kami Abu Muhammad sholah 
kentusy -hafizahullah wa ro’aah- di salah satu dars ushul alfiqhnya  
dalam pembahasan “ijma'”(kesepakatan ulama mujtahidin setelah 
meninggalnya rosulullah) menyebutkan sebuah kisah -yang mudah mudahan 
kita bisa mengambil beberapa pelajaran darinya-, kisahnya sebagai 
berikut:<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Asy syaikh alallamah muqbil bin 
hady -rohimahullah- di salah satu durus ‘aamah di tanya oleh salah 
seorang hadirin dalam majlis tersebut tentang hukum sebuah permasalahan 
fiqhiyah, lalu beliau menjawab: hukum permasalahan ini begini dan 
begini. Dan hadir juga di majlis itu syaikhuna abu abdillah abdurrahman 
al’adeny -hafizahullah- beliau mengangkat tangan dan dengan penuh adab 
beliau berkata: ya syaikh.. fulan bin fulan dari kalangan aimmah 
menukilkan IJMA’ dalam kitab fulany bahwa hukum dari permasalahan yg 
ditanyakan tadi kebalikan dari yang anda sebutkan…<br />
<br />
Maka asy syaikh muqbil disaat itu juga mengatakan : <b>astagfirullah.. arji’… arji’…</b> (saya ruju’.. saya ruju’..).selesai penukilan dari abu muhammad sholah kentusy.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah diatas diantaranya:<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<b>1. Ijma’ adalah hujjah dan 
termasuk salahsatu dari dalil dalil syar’iyyah.</b> Diantara dalil yang 
menunjukkan bahwa ijma adalah hujjah adalah hadits<br />
</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">((لا تجتمع أمتي على ضلالة))</span></div>
</blockquote>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
“Umatku tidak akan bersepakat diatas kesesatan”<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Kalau mustahil umat ini (yaitu ulamanya) menyepakati kesesatan, maka menunjukkan apa yang mereka sepakati adalah haq dan hujjah.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;">2. BERSEGERA UNTUK 
KEMBALI KEPADA ALHAQ KETIKA MENGETAHUINYA DAN MENERIMANYA DAN TIDAK 
MEMANDANG DARI MANA DATANGNYA ALHAQ TERSEBUT.</span></b><br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
apakah itu datangnya dari gurunya
 atau muridnya,dari temannya atau rivalnya, bahkan dari syaithon, alhaq 
lebih berhak untuk diikuti. Tapi perlu dibedakan antara MENERIMA alhaq 
dengan MENGAMBIL/MENCARI alhaq,klo terbukti itu adalah alhaq maka wajib 
kita menerimanya dari siapapun datangnya, tapi kalau dalam bab 
mengambil/mencari alhaq maka tidak boleh kita mencari/mempelajari alhaq 
kecuali dari ahlinya yang terpercaya yaitu alhul ilmi dari ahlussunnah 
tidak boleh mencari alhaq dari ahlul bida’ wadh dholal.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
3.pembinaan dan bimbingan ulama 
terhadap murid muridnya secara khusus dan kepada kaum muslimin 
keumumannya untuk tidak taklid(fanatik) buta dan taashshub terhadap 
dirinya dan tidak segan untuk menegur apabila didapati kesalahan 
tentunya dengan tetap menjaga adab dan rasa hormat terhadap mereka.<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<b>4. BUKAN SUATU AIB 
SESEORANG MENGAKUI KESALAHAN DAN KEMBALI KEPADA KEBENARAN BAHKAN 
MERUPAKAN BENTUK RIF’AH DAN KEMULIAAN JIKA DILAKUKAN DENGAN JUJUR DAN 
PENUH KEIKHLASAN</b><br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Semoga kita dapat mengambil ibroh dari kisah yang singkat ini<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akhukum fillah : afif abul aliyah alatsary</div>

Pelajaran Dari Sebuah Kisah

PELAJARAN DARI SEBUAH KISAH Syaikh kami Abu Muhammad sholah kentusy -hafizahullah wa ro’aah- di salah satu dars ushul alfiqhnya dalam pembahasan “ijma'”(kesepakatan ulama mujtahidin setelah menin…

Jalan Siapakah Yang Kita Tempuh?

Unknown

Link Author

Title: Jalan Siapakah Yang Kita Tempuh?
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

JALAN SIAPAKAH YANG KITA TEMPUH? Sebuah Renungan Dari Fatwa Ulama Kibar Terkait Dengan Tahdzir Syaikh Rabi’ Terhadap Dzulqarnain Al-M...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIISCrXrqZVVJnRRImXjnGDShQXejBhjjxiPIQdAncv4teQM4VybK7a8bGKR5LLwJEPpC-_kWeARABIVJeUCUaB7kGEtaVTkEpJtawEu4OHYXEgP1AIhGHqLJNxsTlryQC4m0LlxgppiUf/s1600/Al-Haq+%252825%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIISCrXrqZVVJnRRImXjnGDShQXejBhjjxiPIQdAncv4teQM4VybK7a8bGKR5LLwJEPpC-_kWeARABIVJeUCUaB7kGEtaVTkEpJtawEu4OHYXEgP1AIhGHqLJNxsTlryQC4m0LlxgppiUf/s640/Al-Haq+%252825%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<h1 class="entry-title" style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;">JALAN SIAPAKAH YANG KITA TEMPUH?</span></h1>
<h1 class="entry-title" style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;">Sebuah Renungan
 Dari Fatwa Ulama Kibar Terkait Dengan Tahdzir Syaikh Rabi’ Terhadap 
Dzulqarnain Al-Makassari</span></h1>
<h1 class="entry-title" style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></h1>
<h1 class="entry-title" style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;">Bismillah,<br />
Alhamdulilah, wash shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah,</span>
</span></h1>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Amma ba’du:</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Sebelumnya, dengan terpaksa, diri Ana yang masih sangat jahil ini 
mencoba memberanikan diri untuk memberikan sumbangsih kapada saudara2ku 
yang cinta kepada dakwah dan ulamanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ana awali dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, 
“Keberkahan itu diperoleh dengan berjalan bersama para ulama kibar.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikhwati fillah,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Di forum ini ana ingin menuliskan beberapa kalimat utk diri ana pribadi dan semoga bermanfaat untuk antum semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ana menyerukan kepada kita semua utk bertakwa kepada Allah, selalu 
berjuang untuk ikhlas, dan jujur dalam beragama, dan jauhilah sifat 
ta’asshub.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ikhwani fiddin rahimakumullah,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Terkait dengan fatwa syaikh Rabi hafizhahullah Ta’ala tentang tahdzir 
terhadap Dzulqarnain, janganlah benih2 ta’asshub dan ‘ashabiyah  
menyelimuti akal kita, sehingga kita ragu atau bahkan menolak fatwa 
tersebut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ikhwah fillah,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Apabila ada berita yg terkait dengan keamanan, rasa takut, dll, bukankah
 Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ” Apabila datang kepada mereka 
suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu 
menyebarkannya. Dan kalau mereka MENYERAHKANNYA KEPADA RASUL DAN ULIL 
AMRI di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui 
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (RASUL DAN ULIL 
AMRI).” [an-Nisa: 83]</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ikhwatil kiram,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kalau memang kita jujur dalam beragama dan bermanhaj, mari kita amalkan bimbingan Allah dalam ayat di atas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Janganlah antum bersikap dan berbuat kecuali dengan bimbingan ulama.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Dan bimbingan ulama telah datang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang 
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri 
(ulama dan umara) di antara kamu.” [an-Nisa: 59]</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ikhawani fiddin,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Ana khawatir, apabila kita menyelisihi perintah Allah walaupun cuma satu saja, hal itu akan membawa kita kepada fitnah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Sehingga yang namanya fitnah itu, ada pada orang2 yang tidak mau mengikuti bimbingan ulama.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Merekalah ahli fitan sesungguhnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Renungilah firman Allah Ta’ala berikut ini (yang artinya), 
“Hendaklah berhati-hati/takut orang-orang yang menyelisihi perintah 
Rasul, mereka akan ditimpa dengan fitnah, atau ditimpa dengan azab yang 
pedih.” [an-Nur: 63]</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ya ikhwah rahimakumullah..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Bukankah dulu ketika fitnah itu datang, sebagian kita (karena minimnya 
ilmu dan informasi yang benar) terus berada di atas kebingungan, 
siapakah yang benar dari kedua pihak YANG BERSELISIH tersebut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kepada siapa kita menilai kebenaran yang ada pada mereka?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Dengan apa kita menilainya?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Sedang masing2 mereka, mengklaim bahwa merekalah yang benar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ya ikhwah,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Bukankah ketika kita berani menilai dengan modal ilmu yang pas-pasan 
(sangat minim), akhirnya kita pun terus terjatuh ke dalam perselisihan!?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Sehingga, walaupun jasad kita bersatu, tp hati kita berselisih dan bercerai berai?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Terasa tidak enak, bukan?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ya Ikhwah…</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Tdk ada yang bisa menyelamatkan kita dari fitnah ini kecuali kembali 
kepada bimbingan Allah dan Rasul-Nya, serta kembali kepada bimbingan 
para ulama, terkhusus ulama kibar yang berkompeten di bidangnya, dalam 
hal ini adalah syaikh Rabi hafizhahullah Ta’ala.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Beliau adalah ulama kibar, baik dari segi umur atau ilmu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Hal itu tdk kita ragukan lagi, bukan?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Apalagi kalau kita melihat pujian para ulama kibar, seperti syaikh Albani dan syaikh bin Baz rahimahumallah Ta’ala.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ya ikhwah, apa yang kita tunggu?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Bukankah dari dahulu kita selalu menunggu fatwa para ulama, terkhusus 
syaikh Rabi, yang mana beliau adalah ulama yang paling tahu tentang 
kondisi INDONESIA. Kurang lebih dua puluh tahun lamanya beliau selalu 
mengikuti perkembangan dakwah di Indonesia.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Jujur saja antum, 20 tahun yang lalu antum di mana????</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Di mana ya Akhi?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Coba antum bercermin dan muhasabah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sekarang…</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
sudah muncul fatwa itu….</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kenapa sebagian kita masih ragu?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Apakah antum merasa lebih sayang terhadap dakwah ini daripada syaikh Rabi?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Mana yang lebih sayang terhadap keselamatan dakwah, umat, dan Dzulqarnain itu sendiri?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Ketahuilah, ana memandang bahwa beliaulah yang paling sayang terhadap dakwah, umat, dan Dzulqarnain?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kenapa?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Bukankah antum tahu, bahwa salah satu bentuk kasih sayang terhadap 
dakwah, umat, dan pribadi yang bersalah adalah dengan tahdzir 
terhadapnya?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Dengan tahdzir itulah kemaslahatan untuk dakwah, umat, dan person tercapai?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Bagi dakwah dan umat jelas..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Lalu, bagaimana dengan person yang bersalah kemudian ditahdzir, di mana letak kasih sayangnya?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Letaknya adalah dengan person tersebut ditahdzir maka akan memperkecil 
daerah fitnah, mempersedikit jumlah yang mengikutinya, sehingga dengan 
itu akan mengurangi dosa2nya, dan yang paling diharapkan adalah hal itu 
akan mengembalikan dia kepada al-haq dan bimbingan ulama (tentunya bagi 
yang dirahmati Allah Ta’ala).</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Contoh dalam hal ini adalah perintah Rasulullah untuk menghajr tiga sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Padahal antum tahu, siapa yang lebih sayang terhadap umat, dan 3 sahabat tersebut?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Tapi beliau dengan kasih sayangnya memerintahkan para sahabat untuk menghajr Ka’ab bin Malik dan 2 sahabat lainnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Antum baca kembali bagaimana tentang kisah mereka yang dipenuhi dengan 
kejujuran, tanpa ada PENENTANGAN dan PENYELISIHAN  terhadap keputusan 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mengharap ridha 
Allah Ta’ala.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Ka’ab bin Malik,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
dengan kejujurannya beliau berterus terang tentang ketidakhadirannya di perang Tabuk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Walaupun beliau bisa saja beralasan dan mencari-cari alasan yang dengan 
itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memaafkannya, padahal 
beliau sangat pandai untuk bisa melakukannya, tapi beliau tidak 
melakukannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kenapa beliau tidak melakukannya, dan memilih jujur, serta bersabar 
dalam masa pemboikotan, sehingga bumi terasa sempit, dan masa terasa 
lama dan panjang?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kenapa?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Karena mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Dan Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang jujur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Tapi dengan kejujuran mereka, mereka jalani semuanya dengan tobat, penyesalan, dan doa kepada Allah Ta’ala.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Sampai kemudian, Allah mengampuni mereka semua.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya Akhil karim,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
apakah beratnya bagi antum untuk menerimanya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Dan apakah beratnya bagi Dzulqarnain untuk menerimanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Itupun kalau dia mau jujur, ikhlas, dan menyadari akan kekurangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Para sahabat dan salafuna ash-shalih sebagai teladan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tidak ada dari mereka yang ma’shum. Tp yang bisa kita ambil adalah 
keteladanan mereka dalam hal cepatnya mereka rujuk kepada al-haq ketika 
ada kesalahan, dan ada yang menasihati mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Bukan malah membela diri, apalagi di hadapan ulama kibar seperti syaikh 
Rabi’ yang paling tahu, dan paling sayang terhadap umat, dan kita semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Tapi, kalau di hati ada kesombongan maka siapa yang akan bisa memberi nasihat kepadanya?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Sombong adalah menolak al-haq dan meremehkan manusia.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ya Akhi,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
janganlah antum menganggap bahwa fatwa tersebut terlalu terburu2 dan 
tidak ilmiah, kemudian engkau menyibukkan diri dengan mencari2 bukti, 
data, dan kesalahan2 dari kedua belah pihak, untuk engkau timbang mana 
yang benar?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Allahul Musta’an, siapa dirimu?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Selain engkau bukan ahlinya, engkau juga akan tersibukkan dengan hal itu?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kenapa engkau tidak mencukupkan diri dengan fatwa tersebut?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Kenapa engkau tidak mengembalikan urusan yang besar ini kepada ulama?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Coba bandingkan sikap antum, dengan sikap para ulama yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Antum bisa melihat bagaimana syaikh Muhammad al-Wushabi, syaikh Muhammad
 al-Imam, dan syaikh Abdurrahman al-‘Adeny, mereka semua sepakat bahwa 
ketika sudah muncul fatwa tersebut, ikuti para ulama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Tinggal ANTUM, ke mana akan melangkah…</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Jalan siapa yang antum ikuti?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
Apakah antum akan mengikuti Dzulqarnain dan husnuzhan kepadanya,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
sementara antum tinggalkan fatwa ulama, jalan para ulama, dan suuzhan kepada mereka.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Silakan antum memilih…</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Semoga Allah Ta’ala selalu menunjuki kita ke jalan yang 
lurus, menguatkan kita untuk selalu istiqamah di atas jalannya para 
nabi, shiddiqin, syuhada,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br />
dan shalihin, sehingga kita berharap bisa dikumpulkan oleh Allah bersama mereka di dalam jannah-Nya.<br />
Amin ya Mujiibas Sailin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dari akhukum fillah,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Al-Faqir ila Rabbihi Ta’ala, Abu umar ibrahim.<br />
Markiz Daril Hadits al-Fiyush.</div>

Jalan Siapakah Yang Kita Tempuh?

JALAN SIAPAKAH YANG KITA TEMPUH? Sebuah Renungan Dari Fatwa Ulama Kibar Terkait Dengan Tahdzir Syaikh Rabi’ Terhadap Dzulqarnain Al-Makassari Bismillah, Alhamdulilah, wash shalatu wassalamu ‘ala Ra…

Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.04 )

Unknown

Link Author

Title: Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.04 )
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG HARAMNYA GAMBAR SERTA BANTAHAN TERHADAP MEREKA YANG MEMBOLEHKANNYA Asy-Syaikh al-‘allamah Muqbil...

<div dir="ltr" style="text-align: justify;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh15hYc6Ft0BFGSysCkm8N_q1B9MAJ-GGpXm2X_oNFtLEUd3wYBHsbG6NEHC96Ol6yzBIbMTnDbquMHN0w5U3LqVUY_J6pDQKELMJbhi4P8jTc6Ntc_lkEmw8P_Rbn6oYlZxGxfy29HPNAX/s1600/Al-Haq+%252827%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh15hYc6Ft0BFGSysCkm8N_q1B9MAJ-GGpXm2X_oNFtLEUd3wYBHsbG6NEHC96Ol6yzBIbMTnDbquMHN0w5U3LqVUY_J6pDQKELMJbhi4P8jTc6Ntc_lkEmw8P_Rbn6oYlZxGxfy29HPNAX/s640/Al-Haq+%252827%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<header class="entry-header"><b>PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG HARAMNYA GAMBAR SERTA BANTAHAN TERHADAP MEREKA YANG MEMBOLEHKANNYA</b></header><header class="entry-header"> </header></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: center;">
<span style="color: maroon;"><i>Asy-Syaikh al-‘allamah Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah berkata:</i></span></div>
</div>
<div dir="ltr">
Dan pendapat yang membolehkan gambar untuk pengajaran 
adalah pendapat yang tidak berdalil, bahkan hadits bahwa tukang gambar 
itu dilaknat mencakup perkara ini dan itu. Dan dalam pembolehan gambar 
untuk pengajaran terdapat bentuk bentuk pengentengan akan maksiat  
menggambar ini di hati para siswa. Di sisi lain, mereka tengah 
mempersiapkan dirinya terhadap laknat Allah bila mereka belum baligh dan
 dilaknat bila mereka sudah baligh. Mereka melakukan kemaksiatan bahkan 
mendorong untuk melakukannya. Maka di manakah tanggungjawab itu?<br />
</div>
<div dir="ltr">
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi was salam telah bersabda:<br />
</div>
<div dir="ltr">
“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan masing-masingnya akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang telah ia pimpin.”<br />
</div>
<div dir="ltr">
Beliau juga bersabda: “Tidaklah setiap pemimpin itu 
diserahi kepemimpinan oleh Allah kemudian ia tidak menempatkannya sesuai
 dengan bimbingan-Nya kecuali pasti dia tidak akan mendapatkan aroma 
wangi jannah.”<br />
</div>
<div dir="ltr">
Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi was salam sangat 
memperhatikan pendidikan anak-anak dengan pendidikan yang agamis. Nabi 
shallallahu ‘alaihi was salam bersabda:<br />
</div>
<div dir="ltr">
“Setiap anak itu terlahir di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”<br />
</div>
<div dir="ltr">
Dan beliau bersabda pada sebuah hadits yang beliau 
riwayatkan dari Rabb-nya: “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-Ku 
dalam keadaan lurus bersih,  kemudian syaithan memalingkan mereka.”<br />
</div>
<div dir="ltr">
Maka haram bagi seorang guru dan pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk membolehkan para siswa menggambar.<br />
</div>
<div dir="ltr">
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah di dalam syarah Shahih 
Muslim (juz 14 hal 81) mengatakan: “Teman-teman kami (asy-syafi’iyyah) 
dan selain mereka dari para ‘ulama mengatakan:<br />
</div>
<div dir="ltr">
“Menggambar gambar-gambar hewan (makhluk bernyawa) adalah 
sangat diharamkan dan termasuk dari dosa-dosa besar, karena pelakunya 
diancam dengan ancaman yang sangat keras sebagaimana tersebut di dalam 
hadits-hadits….” selesai penukilan dari beliau.<br />
</div>
<div dir="ltr">
<b>[Kitab: Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah hal. 29-32]</b><br />
</div>
<div dir="ltr">
* Alih bahasa: Syabab Forum Salafy</div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ/ ﻣﻘﺒﻞ ﺑﻦ ﻫﺎﺩﻱ ﺍﻟﻮﺍﺩﻋﻲ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"> ﻭﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺈﺑﺎﺣﺔ ﺍﻟﺘﺼﻮﻳﺮ ﻟﻠﺘﻌﻠﻴﻢ ﻻ
 ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻴﻪ، ﺑﻞ ﺣﺪﻳﺚ ﻟﻌﻦ ﺍﻟﻤﺼﻮﺭ ﺍﻟﻤﺘﻘﺪﻡ ﻳﺸﻤﻞ ﻫﺬﺍ ﻭﻫﺬﺍ. ﻭﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺗﻬﻮﻳﻦ 
ﻣﻌﺼﻴﺔ ﺍﻟﺘﺼﻮﻳﺮ ﻓﻲ ﻧﻔﻮﺱ ﺍﻟﻄﻼﺏ، ﻭﻫﻢ ﻳﻬﻴﺌﻮﻥ ﻟﻠﻌﻨﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻏﻴﺮ 
ﺑﺎﻟﻐﻴﻦ،ﻭﻳﻠﻌﻨﻮﻥ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺑﺎﻟﻐﻴﻦ ، ﻭﻳﻌﺎﻧﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ، ﺑﻞ ﻳﺪﻓﻌﻮﻥ ﺇﻟﻴﻬﺎ ، 
ﻓﺄﻳﻦ ﺍﻟﻤﺴﺌﻮﻟﻴﺔ ،</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﻭﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﷺ  ﻳﻘﻮﻝ : ” ﻛﻠﻜﻢ ﺭﺍﻉ 
ﻭﻛﻠﻜﻢ ﻣﺴﺌﻮﻝ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻪ “، ﻭﻳﻘﻮﻝ “: ﻣﺎ ﻣﻦ ﺭﺍﻉ  ﻳﺴﺘﺮﻋﻴﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﻋﻴﺔ ﺛﻢ ﻟﻢ 
ﻳﺤﻄﻬﺎ ﺑﻨﺼﺤﻪ ﺇﻻ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﺠﻨﺔ ” .  ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﷺ ﻳﻬﺘﻢ ﺑﺘﺮﺑﻴﺔ 
ﺍﻷﻃﻔﺎﻝ ﺗﺮﺑﻴﺔ ﺩﻳﻨﻴﺔ ،ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﷺ:  ” ﻛﻞ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ 
ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ ﺃﻭ ﻳﻨﺼﺮﺍﻧﻪ ﺃﻭ</span><br />
<span style="font-size: large;">ﻳﻤﺠﺴﺎﻧﻪ “،ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺮﻭﻳﻪ ﻋﻦ ﺭﺑﻪ: ‏( ﺇﻧﻲ ﺧﻠﻘﺖ ﻋﺒﺎﺩﻱ ﺣﻨﻔﺎﺀ ﻓﺎﺟﺘﺎﻟﺘﻬﻢ 
ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ‏) . ﻓﺤﺮﺍﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺪﺭﺱ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺃﻥ ﻳﻤﻜﻨﻮﺍ ﺍﻟﻄﺎﻟﺐ ﻣﻦ 
ﺍﻟﺘﺼﻮﻳﺮ.</span><br />
<span style="font-size: large;">ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪﻓﻲ ﺷﺮﺡ” ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ” (ﺝ 14ﺹ 81‏) : ﻗﺎﻝ  ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ 
ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ : ﺗﺼﻮﻳﺮ ﺻﻮﺭ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﺣﺮﺍﻡ ﺷﺪﻳﺪ  ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺒﺎﺋﺮ؛
 ﻷﻧﻪ ﻣﺘﻮﻋﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﻮﻋﻴﺪ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪ</span><br />
<span style="font-size: large;">ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻓﻲ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ. . .  ﺍﻫـ. ‏</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﻛﺘﺎﺏ : ﺣﻜﻢ ﺗﺼﻮﻳﺮ ﺫﻭﺍﺕ ﺍﻷﺭﻭﺍﺡ  (ﺹ 32-29</span></div>
</div>

Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.04 )

PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG HARAMNYA GAMBAR SERTA BANTAHAN TERHADAP MEREKA YANG MEMBOLEHKANNYA Asy-Syaikh al-‘allamah Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah berkata: Dan pendapat yang membolehkan …

Syirik Kaum Syi’ah

Unknown

Link Author

Title: Syirik Kaum Syi’ah
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

SYIRIK KAUM SYI’AH Ditulis Oleh: Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal Mentauhidkan Allah Subhanahu wata’ala dalam beribadah ...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW2bWOataGyzuObYzPrMO2VCbDohq3iL9YEnXc8V95iXaaN36t4Hdg7lRF2DajvB4p5GZ_qlwfdUS2x7h4UmVz7jqeLvs3BS8B8yC9y0NzBSaNiRZ5bnFzRi3O8sUhEnpZAD-w1B7hvrpv/s1600/Al-Haq+%25283%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW2bWOataGyzuObYzPrMO2VCbDohq3iL9YEnXc8V95iXaaN36t4Hdg7lRF2DajvB4p5GZ_qlwfdUS2x7h4UmVz7jqeLvs3BS8B8yC9y0NzBSaNiRZ5bnFzRi3O8sUhEnpZAD-w1B7hvrpv/s640/Al-Haq+%25283%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<h3 class="entry-title" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>SYIRIK KAUM SYI’AH</b></span>
</h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #993300;"><i><span style="color: black;">Ditulis Oleh:</span> Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mentauhidkan Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> dalam beribadah adalah inti ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul. Setiap nabi yang diutus Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> mendapat perintah dari Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> agar menyerukan dakwah tauhid kepada umatnya. Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Dan sesungguhnya Kami telah mengutus 
rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) 
dan jauhilah thaghut itu.”</i> (an- Nahl: 36)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Firman-Nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul 
pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada
 Rabb (yang berhak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan 
Aku.”</i> (al-Anbiya: 25)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tauhid adalah syarat diterimanya ibadah, sebagaimana firman-Nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ 
مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن
 كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا 
يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya
 seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, ‘Bahwa 
sesungguhnya Rabbmu itu adalah Rabb Yang Esa.’ Barang siapa mengharap 
perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
 dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada 
Rabbnya.”</i> (al-Kahfi: 110)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tauhid adalah fondasi keselamatan hidup. 
Tidak akan selamat seorang yang menyekutukan Allah ‘azza wa jalla dalam 
beribadah kepada-Nya. Seorang hamba yang mati dalam keadaan tidak 
bertobat dari perbuatan syirik yang dilakukannya, ia tidak akan mendapat
 ampunan. Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن 
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن 
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Sesungguhnya Allah tidak akan 
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari 
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya. Barang siapa yang 
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”</i> (an-Nisa’: 48)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن 
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن 
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni 
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang 
selain syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa 
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, sesungguhnya ia telah tersesat 
sejauh-jauhnya.”</i> (an-Nisa’: 116)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Sesungguhnya orang yang 
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan 
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka.”</i> (al-Maidah: 72)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, berbeda halnya dengan agama Syiah. Ayat-ayat yang menjelaskan perintah untuk beribadah hanya kepada Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>
 dan tidak menyekutukan dalam beribadah kepada-Nya, mereka palingkan 
maknanya dan membawanya kepada makna ke-imamah-an. Menurut mereka, 
meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i> sebagai penerus kepemimpinan setelah Rasulullah <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> adalah prinsip utama yang harus diyakini. Sebagai contoh, firman Alah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى
 الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ 
وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Dan sesungguhnya telah diwahyukan 
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Jika kamu 
mempersekutukan (Rabb), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu 
termasuk orang-orang yang merugi.”</i> (az-Zumar: 65)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disebutkan dalam kitab paling sahih menurut
 kalangan Syiah, al-Kafi, dan kitab mereka lainnya, menjelaskan tafsir 
dari ayat ini sebagai berikut. “Jika engkau menyekutukan selainnya 
(selain Ali, -pen.) dalam kepemimpinan”, pada lafadz yang lain, ”Jika 
engkau memerintahkan kepemimpinan seseorang bersama kepemimpinan Ali 
setelahmu, niscaya terhapus amalanmu.” (Ushul al-Kafi, 427/1, Tafsir 
al-Qummi, 251/2)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis kitab al-Burhan fi Tafsir al-Qur’an
 juga menyebutkan empat riwayat yang menafsirkan ayat tersebut dengan 
yang semakna dengan tafsir ini. (al-Burhan, 4/83; Ushul Madzhab Syiah, 
427)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh lain, firman Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">أَإِلَٰهٌ مَّعَ اللَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”</i> (an-Naml: 61)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat ini sangat jelas menunjukkan pengingkaran Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>
 terhadap kaum musyrikin yang berbuat syirik dalam beribadah kepada-Nya.
 Namun, disebutkan dalam tafsir ayat ini, dari Abu Abdillah berkata, 
“Yang dimaksud adalah Imam hidayah dan imam sesat pada satu masa.” 
(Biharul Anwar, 23/391; Ushul Madzhab Syiah, 431)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih banyak lagi model penafsiran kaum 
Syiah yang seperti ini. Jadi, adalah hal yang wajar jika agama Syiah 
tidak bisa membedakan antara tauhid dan syirik, antara amalan yang saleh
 dan amalan yang batil karena metode penafsiran kaum Syiah yang sangat 
menyimpang dari kebenaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>Para Imam sebagai Perantara Seorang Hamba dengan Rabbnya</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Dalam agama Islam, ibadah dilakukan langsung kepada Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> tanpa melalui perantara. Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي 
فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ 
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ</span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya 
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku 
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, 
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah 
mereka beriman kepada- Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”</i> (al-Baqarah: 186)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي 
أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي 
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah 
kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang 
yang menyombongkan diri dari menyembah- Ku akan masuk neraka Jahannam 
dalam keadaan hina dina.”</i> (Ghafir: 60)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa menjadikan sesuatu sebagai 
perantara antara dia dan Allah k, dia memohon dan meminta kepada mereka,
 sungguh dia telah kafir berdasarkan kesepakatan para ulama. Hal itu 
seperti yang dilakukan oleh kaum musyrikin, sebagaimana yang disebut 
dalam firman-Nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekatdekatnya.”</i> (az-Zumar: 3)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda halnya dengan agama Syiah, berdoa kepada Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>
 melalui perantara para imam adalah sebuah kewajiban. Mereka berkata 
tentang imam-imam mereka, “Barang siapa berdoa kepada Allah melalui kami
 maka dia beruntung, dan siapa yang berdoa tanpa melalui kami maka dia 
binasa.” (Biharul Anwar, 23/103, Wasail asy-Syiah, 4/1142)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan , mereka berkata , “Sesungguhnya doa
 para nabi itu terkabulkan dengan cara bertawassul dan meminta syafaat 
mereka (para imam,m -pen.).” (Ini adalah judul salah satu bab dalam 
kitab Biharul Anwar, 26/319)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka juga menyebutkan bahwa tatkala Allah
 ‘azza wa jalla menempatkan Nabi Adam ‘Alaihissalam di dalam surga, 
ditampakkan di hadapannya permisalan Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i>,
 Ali, Hasan, dan Husain, maka Adam melihat mereka dengan pandangan 
hasad. Lalu diperlihatkan kepadanya wilayah (kepemimpinan para imam 
Syiah, -pen.) dan Adam ‘Alaihissalam mengingkarinya sehingga ia pun 
dilempar dari surga dengan dedaunannya. Tatkala ia telah bertobat kepada
 Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>dari penyakit hasadnya dan mengakui wilayah para imam, serta berdoa dengan bertawassul dengan kedudukan lima hamba: Muhammad <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i>, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain, maka Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> pun mengampuninya. Itulah yang dimaksud dengan firman-Nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Kemudian Adam menerima beberapa 
kalimat dari Rabbnya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah 
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”</i> (al-Baqarah: 37)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>Beristighatsah Kepada Para Imam</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Agama Syiah menjelaskan tentang keutamaan 
dan tugas setiap imam mereka, “Adapun Ali bin al-Husain, itu untuk 
keselamatan dari para penguasa dan bisikan setan. Adapun Muhammad bin 
Ali dan Ja’far bin Muhammad, itu untuk akhirat dan apa yang dicari 
berupa ketaatan kepada Allah k. Adapun Musa bin Ja’far, mintalah darinya
 kesehatan dari Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>. Adapun Ali bin 
Musa mintalah darinya keselamatan, baik di darat maupun di lautan. 
Adapun Muhammad bin Ali, mintalah rezeki dari Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>
 melalui dia. Adapun Ali bin Muhammad, untuk amalan-amalan sunnah, 
berbuat baik kepada sesama saudara dan apa yang dituntut berupa ketaatan
 kepada Allah<i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>. Adapun Hasan bin Ali, itu
 untuk akhirat. Adapun pemilik zaman (Imam Mahdi, -pen.), jika pedang 
telah sampai ke sembelihannya maka mintalah tolong kepadanya, ia akan 
segera menolongmu.” (Biharul Anwar, 33/94)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal Islam mengajarkan kita untuk 
meminta pertolongan untuk meraih sebuah manfaat atau menolak kemudaratan
 hanyalah kepada Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>. Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Yang menguasai hari pembalasan.”</i> (al-Fatihah: 4)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pula Nabi <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> bersabda, “Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>, dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah hanya kepada Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i>.” (HR. at-Tirmidzi no. 2516, dari Ibnu Abbas <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i>ma)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ziarah Kubur Para Imam dan Keutamaannya Menurut Syiah Benar apa yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah <i>rahimahullah</i>,
 “Orang-orang yang tepercaya telah memberitakan kepadaku, di antara kaum
 Syiah ada yang berpandangan bahwa berhaji ke kuburan yang dimuliakan 
itu lebih utama daripada berhaji ke Baitul ‘Atiq (Ka’bah). Mereka 
memandang bahwa menyekutukan Allah ‘azza wa jalla lebih mulia daripada 
beribadah hanya kepada Allah ‘azza wa jalla semata. Ini adalah perkara 
terbesar dalam beriman kepada thagut.” (Minhajus Sunnah, 2/124)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Benar apa yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah <i>rahimahullah</i>,
 “Hal ini dibuktikan oleh riwayat-riwayat yang disebutkan dalam 
kitab-kitab kaum Syiah yang berlebihlebihan dalam hal memuliakan 
kuburan. Disebutkan dalam kitab al-Kafi bahwa berziarah ke kuburan 
Husain menyamai haji dua puluh kali dan lebih utama dari dua puluh kali 
haji dan umrah.” (Furu’ al-Kafi, 1/324)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tatkala salah seorang Syiah berkata kepada 
imamnya, “Sesungguhnya aku telah berhaji sembilan belas kali dan umrah 
sembilan belas kali.” Imamnya menjawab seakan-akan mengejek, “Berhajilah
 sekali lagi dan umrahlah sekali lagi, dan itu semua akan dicatat bagimu
 sama dengan berziarah ke kuburan al- Husain.” (Wasail asy-Syiah, 
10/348, Biharul Anwar, 38/101, Ushul Madzhab asy-Syiah, 454)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, mereka juga meriwayatkan, “Barang 
siapa mendatangi kuburan Husain dalam keadaan dia mengetahui haknya, 
maka keutamaannya seperti orang yang berhaji bersama Rasulullah <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> seratus kali.” (Tsawabul A’mal, 52, Wasail asy-Syiah, 10/350. Ushul Madzhabi Syiah, 455)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih dari itu, mereka menganggap bahwa 
berziarah ke kuburan Husain pada hari Arafah lebih utama daripada amalan
 haji berlipat-lipat kali. Mereka meriwayatkan, “Barang siapa 
mendatanginya (kuburan Husain, -pen.) pada hari Arafah dalam keadaan dia
 mengetahui haknya, maka Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> mencatat
 baginya seribu kali haji, seribu kali umrah mabrur yang diterima, dan 
seribu kali berperang bersama nabi yang diutus atau imam yang adil.” 
(Furu’ al-Kafi, al-Kulaini, 1/324, Man La Yahdhuruhul Faqih, Ibnu 
Babawaih al- Qummi, 1/182)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka juga meriwayatkan dari Ja’far 
ash-Shadiq bahwa ia berkata, “Seandainya aku beritakan kepada kalian 
keutamaan ziarah ke kuburannya dan keutamaan kuburannya, niscaya kalian 
meninggalkan amalan haji. Tidak seorang pun dari kalian yang akan 
menunaikan haji. Celaka engkau, tidakkah engkau tahu bahwa Allah ‘azza 
wa jalla telah menjadikan tanah Karbala sebagai tanah haram yang aman 
dan penuh berkah sebelum Makkah dijadikan sebagai tanah haram?!” 
(Biharul Anwar, 33/101)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>Shalat di Kuburan</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, tingkat kesyirikan yang mereka 
lakukan hingga menyebutkan keutamaan shalat di sisi kuburan imam mereka.
 Di antara riwayat yang mereka sebutkan, “Shalat di tanah haram kuburan 
Husain bagimu, pada setiap rakaat yang kamu lakukan mendapatkan pahala 
di sisi-Nya seperti pahala seribu kali haji, seribu kali umrah, 
membebaskan seribu budak, dan seakan-akan dia berwakaf di jalan Allah <i><i>Subhanahu wata’ala</i></i> sejuta kali bersama nabi yang diutus.” (al-Wafi, 8/234; Ushul Madzhab Syiah, hlm. 469)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana mungkin Islam membenarkan hal ini padahal Rasulullah <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam </i>melarang umatnya shalat di pekuburan dan shalat menghadapnya. Rasulullah <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">تُصَلُّوا إِلَى الْقُبُورِ وَلاَ تَجْلِسُوا عَلَيْهَا</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan kalian shalat menghadap kuburan dan jangan kalian duduk di atasnya.” (HR. Muslim no. 972, dari Abu Martsad al-Ghanawi <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah <i>Shallallahu ‘alaihi wasallam</i> juga bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<blockquote class="tr_bq">
<div dir="rtl">
<span style="font-size: large;">الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلاَّ الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ</span></div>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Permukaan bumi seluruhnya adalah tempat 
shalat kecuali pekuburan dan kamar mandi.” (HR. at-Tirmidzi no. 317, 
Ibnu Majah no. 745, dan yang lainnya, dari Abu Sa’id al-Khudri <i><i>radhiyallahu ‘anhu</i></i>) Wallahul muwaffiq.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: <b><a href="http://asysyariah.com/kajian-utama-syirik-kaum-syiah/" target="_blank">Majalah Asy Syariah</a></b></div>

Syirik Kaum Syi’ah

SYIRIK KAUM SYI’AH Ditulis Oleh: Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal Mentauhidkan Allah Subhanahu wata’ala dalam beribadah adalah inti ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul. Setiap nabi yan…

Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.03 )

Unknown

Link Author

Title: Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.03 )
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG HARAMNYA GAMBAR SERTA BANTAHAN TERHADAP MEREKA YANG MEMBOLEHKANNYA Fatwa al-Lajnah ad-Daimah lil Bu...

<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC9Pig18kxz924HorBEtvRNvIdytrnBsDZH-Ze6k68eioQDKWKl4-WdiWHrw5oOQLTCA3aCfMt42zL8MxVnUeNoOrjU5kcNAGEAtPx3gvW8Eqca3OvfunHtUnEUScH7hf-12I4BcZHE_HL/s1600/Al-Haq+%252826%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC9Pig18kxz924HorBEtvRNvIdytrnBsDZH-Ze6k68eioQDKWKl4-WdiWHrw5oOQLTCA3aCfMt42zL8MxVnUeNoOrjU5kcNAGEAtPx3gvW8Eqca3OvfunHtUnEUScH7hf-12I4BcZHE_HL/s640/Al-Haq+%252826%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<b>PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG HARAMNYA GAMBAR SERTA BANTAHAN TERHADAP MEREKA YANG MEMBOLEHKANNYA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b> </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: maroon;">Fatwa al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts ‘Ilmiyah wal Ifta’ no. 6531</span></i><br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<b>Pertanyaan:</b><span style="color: blue;"> </span><br />
<span style="color: blue;">Apa
 hukum Islam tentang gambar pola (sketsa) di papan tulis dalam praktek 
pendidikan. Dan sebagai catatan bahwa sketsa tersebut merupakan 
penggambaran dari bentuk-bentuk hewan, tumbuhan, dan serangga dalam 
materi pelajaran at-Tarikh ath-Thabi’i (al-Ahya’).</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gambar-gambar ini penting 
dalam praktek pengajaran, selain itu tidak dalam bentuk tiga dimensi. 
Dan perlu diketahui akan pentingnya ilmu ini di dalam bidang kedokteran 
dan pertanian.</span><br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<b>Jawaban:</b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Selama gambar-gambar itu adalah gambar makhluk bernyawa seperti serangga dan semua yang hidup, maka <span style="color: red;"><b>tidak boleh </b></span>menggambarnya
 meskipun hanya gambar di papan tulis maupun di atas kertas saja dan 
meskipun tujuannya untuk membantu pengajaran, karena tidak adanya 
kebutuhan darurat terhadap perkara tersebut. Hal ini berdasarkan 
keumuman dalil-dalil yang ada tentang permasalahan ini. Adapun sesuatu 
yang tidak memiliki ruh, maka boleh menggambarnya baik untuk pengajaran 
maupun keperluan lainnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Hanya milik Allah jualah taufik itu. Shalawat dan salam 
semoga selalu terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para 
shahabatnya.<br />
<br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><b>Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts wal Ifta’</b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Ketua: ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz</i><br />
<i> Wakil ketua: ‘Abdurrazzaq ‘Afifi</i><br />
<i> Anggota: ‘Abdullah bin Ghadayyan</i><br />
<i> Anggota: ‘Abdullah bin Qu’ud</i><br />
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
* Alih bahasa : Syabab Forum Salafy</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">(ﻓﺘﻮﻯ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹِﻓﺘﺎﺀ ﺭﻗﻢ ‏( 6531‏) :</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><b>ﺳﺆﺍﻝ: </b> <span style="color: blue;">ﻣﺎ
 ﺣﻜﻢ ﺍﻹِﺳﻼﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺳﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﺒﻮﺭﺓ ﺭﺳﻮﻣًﺎ ﺗﺨﻄﻴﻄﻴﺔ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﻴﺔ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻣﻊ 
ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺮﺳﻢ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﺃﺷﻜﺎﻝ ﺣﻴﻮﺍﻧﺎﺕ ﻭﻧﺒﺎﺗﺎﺕ ﻭﺣﺸﺮﺍﺕ ﻓﻲ ﻣﺎﺩﺓ ﺍﻟﺘﺎﺭﻳﺦ 
ﺍﻟﻄﺒﻴﻌﻲ ‏(ﺍﻷﺣﻴﺎﺀ ‏)، ﻭﻗﺪ ﺗﻜﻮﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺮﺳﻮﻣﺎﺕ ﻣﻬﻤﺔ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﻴﺔ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻭﻫﺬﻩ 
ﺍﻟﺮﺳﻮﻣﺎﺕ ﻏﻴﺮ ﻣﺠﺴﻤﺔ ﻣﻊ</span></span><br />
<span style="color: blue; font-size: large;"> ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺃﻫﻤﻴﺔ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﺐ ﻭﺍﻟﺰﺭﺍﻋﺔ</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><b>ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ:</b>  ﻣﺎ ﻛﺎﻥ
 ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺻﻮﺭًﺍ ﻟﺬﻭﺍﺕ ﺍﻷﺭﻭﺍﺡ ﻛﺎﻟﺤﺸﺮﺍﺕ ﻭﺳﺎﺋﺮ ﺍﻷﺣﻴﺎﺀ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻤًﺎ 
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﺒﻮﺭﺓ ﻭﺍﻷﻭﺭﺍﻕ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻘﺼﺪ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﻤﺴﺎﻋﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻟﻌﺪﻡ ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺓ
 ﺇﻟﻴﻪ؛ ﻟﻌﻤﻮﻡ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ، ﻭﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻦ ﺫﻭﺍﺕ ﺍﻷﺭﻭﺍﺡ ﺟﺎﺯ ﺭﺳﻤﻪ ﻟﻠﺘﻌﻠﻴﻢ 
ﻭﻏﻴﺮﻩ</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ. ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: right;">
<span style="color: black; font-size: large;"><b>ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹِﻓﺘﺎﺀ</b></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﺍﻟﺮﺋﻴﺲ: ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ.</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﻧﺎﺋﺐ ﺭﺋﻴﺲ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ: ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﻋﻔﻴﻔﻲ .</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﻋﻀﻮ : ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻏﺪﻳﺎﻥ .</span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;">ﻋﻀﻮ : ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻗﻌﻮﺩ
</span></div>

Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.03 )

PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG HARAMNYA GAMBAR SERTA BANTAHAN TERHADAP MEREKA YANG MEMBOLEHKANNYA Fatwa al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts ‘Ilmiyah wal Ifta’ no. 6531 Pertanyaan: Apa hukum Islam tent…

Tanggapan Asatidzah atas Penjelasan Dzulqarnain terkait Fatwa Tahdzir Syaikh Rabi’ Hafizhahullah

Unknown

Link Author

Title: Tanggapan Asatidzah atas Penjelasan Dzulqarnain terkait Fatwa Tahdzir Syaikh Rabi’ Hafizhahullah
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:

1.Soal di tujukan Kepada Ustadz Muhammad As Seweed Hafizhahulloh. “Bismillah Kayf Haaluka yaa Ustadzy? Kayf Nasehat Antum Tentang Baya...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy7Jfy_2hyOtf7PBmJZwDjl8pB5I493ewuHyHCOBDsh_aUUV3O_YLuF_fbgF26t6RVemrx80VtSIIP5mNTDOzYkMidnQrqpOgjk9Lo-RcfhdYcljrM0aWWnT6kFspI9CniaRoCYfSbH2r9/s1600/Al-Haq+%252824%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy7Jfy_2hyOtf7PBmJZwDjl8pB5I493ewuHyHCOBDsh_aUUV3O_YLuF_fbgF26t6RVemrx80VtSIIP5mNTDOzYkMidnQrqpOgjk9Lo-RcfhdYcljrM0aWWnT6kFspI9CniaRoCYfSbH2r9/s640/Al-Haq+%252824%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>1.Soal di tujukan Kepada Ustadz Muhammad As Seweed Hafizhahulloh.</b>
</h4>
<div style="text-align: justify;">
“Bismillah Kayf Haaluka yaa Ustadzy? Kayf Nasehat Antum Tentang Bayan Dzulqarnain terkait Fatwa Syaikh Rabi’? Jazaakallah Khaira</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban Ustadz Muhammad As Seweed Hafizhahullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
” Dia berlindung dari panasnya matahari dengan api. Karena dalam 
ucapannya dia mendzalimi tiga pihak sekaligus:syaikh Rabie’ , syaikh 
Hani ,dan para asatidzah.<span id="more-236"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ana lihat perkara ini sudah final.Dua belah pihak sudah lama 
berseteru dan masing masing sudah menyampaikan dalil2, bukti2 dan 
argumen2nya. Apakah melalui syaikh Abdullah al Bukhari atau syaikh 
Abdullah Mar’i atau syaikh Badr dan syaikh Hani dll yang semuanya akan 
sampai beritanya ke syaikh Rabie’. Bahkan pernah kedua belah pihak 
langsung ke syaikh Rabie’.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah dia mengira syaikh Rabie belum bisa membaca sosok jenis dia: “Dzulqarnain, Ja’far Shalih dll??!!”<span id="more-152"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun berlepas dirinya dari Ali Hasan, radio Roja atau orang2 Roja 
secara tertulis di internet, namun dia membolehkan orang awam 
–katanya–untuk mendengarkan radio rodja di beberapa majlisnya.Bahkan 
mencari pembolehan mendengar radio tsb sampai ke negri yaman. Itu hanya 
manambah bukti ucapan syaikh Rabie’ bahwa dia mutalawwin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a’lam. Wa nasalullahal hidayah lil jamie’</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>2.Soal kepada Ustadz Qomar suady Hafizhahullah</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Bismillah. Kaifa haaluk yaa ustdzy? Kaif ustdz nasihat antum setelah 
keluarnya bayan dari dzulqarnaen terkait fatwa syaikh rabee tersebut? 
Barakallahu fiik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban Ustadz Qomar Suady Hafizhahulloh:</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelaan diri dan tidak paham dengan teliti kalam Syaikh Robi’. Syaikh tidak mengatakan halaby tapi seperti halaby dalam makar</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>3.Soal kepada Ustadz Muslim Hafizhahullah</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Bismillah. Kaifa haaluk yaa ustdzy? Kaif ustdaz nasihat antum setelah
 keluarnya bayan dari dzulqarnaen terkait fatwa syaikh rabee tersebut? 
Barakallahu fiik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban ust.muslim hafidzahullah</div>
<div style="text-align: justify;">
Dzaka min talaubihi wa kadzibatihi, wafikum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Azidu, wa ya dullu ‘ala suu’i fahmihi wa makrihi, nas alullahassalamah wal ‘afiyah</div>
<div style="text-align: justify;">
(artinya) itu menunjukkan perbuatan dzulqarnaen yang sering mempermainkan agama ini dan kedustaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tambahkan lagi:” dan juga menunjukkan atas jeleknya pemahaman dia(dzulqarnaen) dan makarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
نسال الله السلامة و العافية</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>4.Soal di tujukan ke Ustadz Asykari Hafizhahullah</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Bismillah.kaifa haaluk yaa ustdzy? Kaif ustadz nasihat antum setelah 
keluarnya bayan dari dzulqarnaen terkait fatwa syaikh rabee tersebut? 
Barakallahu fiik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban Ustadz Asykari</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam surat ustadz Dzulqarnain ada beberapa hal yang perlu di tanggapi:</div>
<div style="text-align: justify;">
1.
 Seakan-akan ada yang mengabari syaikh Rabi Hafizhahullah tentang 
dzulqarnain bahwa dia berjalan diatas metode Al-Halabi, padahal 
pernyataan bahwa dzulqarnain berjalan di atas metode Al-Halabi dalam 
membuat makar adalah kesimpulan Syaikh Rabi sendiri.Dan yang perlu 
ditekankan disini, bahwa Beliau menghukumi bahwa dzul berjalan di atas 
metode Al-Halabi dalam membuat makar, bukan maksudnya dzul pengikut 
Al-Halabi. Hendaknya dibedakan dua ungkapan ini. Maka pernyataan 
berlepas dirinya dzul dari Al-Halabi tidak ada kaitannya dengan tuduhan 
yang disematkan kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.
 Sungguh sangat disayangkan Dzulqarnain yang melempar tuduhan balik 
kepada saudara-saudaranya dengan tuduhan berdusta kepada syaikh Rabi 
Hafizhahullah. ini adalah ucapan kosong yang memerlukan bukti. Siapa 
yang dia maksud? Lalu berita bohong yang mana? Atau Syaikh Hani juga 
termasuk yang tertuduh?<br />
Begitulah cara dzulqarnain dalam menjatuhkan seterunya, selalu dengan bahasa kabur yang tidak transparan.Wallahul musta’an</div>
<div style="text-align: justify;">
3.
 Dengan surat ini juga mengandung makna seakan2 syaikh Rabi terlalu 
bermudah2an dalam menghukumi seseorang, sehingga Beliau menghukumi 
dzulqarnain tanpa tatsabbut, dan dibangun di atas berita palsu. 
Sementara yang kita ketahui, Syaikh Rabi dalam menetapkan hukum terhadap
 seseorang, selalu beliau lakukan dengan proses dan ta’anni, seperti 
itulah yg beliau lakukan terhadap Abdurrahman Abdul khaliq, Ali Hasan, 
Abul Hasan, yahya Hajuri, dan yang lainnya. Bertahun2 lamanya beliau 
menasehati, sebelum kemudian memvonisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk sementara ini dulu tanggapan ana. Barakallahu fiik</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>5.Soal di tujukan kepada Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary Hafizhahulloh.</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Apa Nasehat Antum setelah keluarnya bayan dari Dzulqarnain terkait Fatwa Syaikh Rabee tersebut?</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban Ustadz Abu Hamzah Hafizhahullah</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa yang ditulis dzulqarnain saya melihatnya hanya mencari simpatik 
dan coba melemparkan tuduhan balik. dan itulah salah satu contoh kalau 
dia seperti halaby dalam makar dan tentu hal ini tidak akan samar bagi 
siapa yang mengetahuinya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>6.Soal di tanyakan kepada Ustadz Idral Harits Hafizhahulloh</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Bismillah. Kaifa haaluk yaa ustdzy? Kaif ustdz nasihat antum setelah 
keluarnya bayan dari dzulqarnaen terkait fatwa syaikh rabee tersebut? 
Barakallahu fiik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban:</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, ringkas aja..dia tidak menyebutkan Syaikh yang dimintainya 
pertimbangan.. mungkin tulisan rilisnya baik,tapi tidak benar, dan 
terlalu lancang menuduh Asatidz bahkan termsuk syaikh Hani menyampaikan 
berita dusta..padahal syaikh Hani telah menyatakan bahwa Beliau sudah 
mengetahui sikap aneh AMDZ sebelum tiba di indonesia..kalau dia bukan 
pengikut halabiy, boleh jadi dia secara terpisah membuat kaidah yang 
sama dengan halaby,lalu apa bedanya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas apa artinya dia mengaku-aku tidak akan merubah dan menukar 
manhaj salaf atau berlepas diri dari al halaby? Allahul Musta’ an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>7.Soal di tanyakan kepada Ustadz Hamzah Rifai La Firlaz Hafizhahullah</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Bismillah kayf Ustadz Nasehat Antum terkait Bayan Dzulqarnain terhadap Fatwa Syaikh Rabi’?</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban Ustadz Hamzah Rifai La Firlaz Hafizhahullah</div>
<div style="text-align: justify;">
Subhanallah. Ana terkejut dengan Bayan yang diungkapkan oleh 
Dzulqarnain. Benar apa yang dikatakan Syaikh Rabi’ tentang dirinya. 
Semakin jelas dengan sanggahan yang dia tampilkan. Orang ini semakin 
terlihat sebagai seorang yang Mutalawwin. Pernyataannya tidaklah lantas 
menjadikan dirinya semakin tersembunyi, justru semakin memperjelas 
keadaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dzulqarnain bukanlah orang yang Jahil dalam bahasa Arab. Pasti dia memahami arti kalimat</div>
<div style="text-align: justify;">
و يمشي على طريقة الحلبي في المكر</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh mempersamakan dia dalam “Thariqah” semisal dengan Ali Al 
Halaby “Dalam Berbuat Makar”. Bukan disebutkan dia pengikut Al Halaby.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi dia tampakkan dirinya seakan tertuduh sebagai pengikut Al 
Halaby. Terlihatlah dia seorang yang La’aab Mutalawwin. Dia hendak 
mengkaburkan permasalahan, sehingga menjadi samar. Dia gambarkan seakan 
dirinya seorang yang terzdalimi dan korban kedustaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai saudara kami Dzulqarnain,<br />
Apa yang membuat pandanganmu tertutupi ?<br />
Bukankah kejujuran itu indah ?<br />
Bukankah Inshaf itu menyenangkan ?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada cela dan salah bagi orang mau berbuat jujur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan membuat permainan dan beragam tipuan lagi kepada 
saudara-saudaramu. Tidakkah nanti di hari Akhirat itu menjadi kegelap 
gulitaan ?</div>
<div style="text-align: justify;">
Saudara-saudaramu Asatidzah, bukanlah hendak menjerumuskan dirimu. 
Tetapi hendak memperbaiki keadaanmu dan menjaga keutuhan Dakwah 
Salafiyyah dari makar dan tipu dayamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Rabi’ berucap bukanlah dibangun di atas kejahilan, tapi di 
atas Ilmu yang Haq. Ini bukanlah perkara yang tertutupi lagi. Beliau 
bukan orang yang asing tentang dirimu. Beliau sudah tahu watak dan 
kondisimu dihadapan atau di belakang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah terlalu banyak type dan karakter orang yang beliau hadapi, 
termasuk karaktermu yang ternyata semisal dengan Ali Al Halaby. Itu 
bukanlah kesimpulan angan-angan belaka. Tapi di atas Ilmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semakin memperjelas adalah berita yang dibawa Asatidzah Al Afadhil. 
Berita yang dibawa itu bukanlah mimpi ataupun tuduhan. Tapi kenyataan 
dalam majlis dan statement2mu. Terekam, tersebar, terdengar, tersaksikan
 yang hasilnya merusak, mengaburkan, membingungkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah mungkin sesuatu yang tersebar dan tersaksikan akan kamu tuduh sebagai kedustaan ?<br />
Terheran, ada apa dengan dirimu ?</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai kasih sayang dan cinta kepada kami, salafiyyin, dan dirimu 
sendiri, maka Ucapan Syaikh Rabi’ menjadi Obatnya. Obat itu hanya bisa 
diresepkan oleh Ahlinya, dan hanya Allah semata Yang Menyembuhkan. 
Semoga Allah Memperbaiki keadaan kami dan dirimu. Wallahu Al Mustaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>8.Soal ditanyakan kepada Ustadz Ahmad Khadim Hafizhahullah</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
Bismillah Kayf Ustadz Apa Nasehat Antum Atas bayan Dzulqarnain terkait Fatwa Syaikh Rabi’?</div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban Ustadz Ahmad Khadim Hafizhahulloh.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Setelah membaca tulisannya tersebut Ana cuma bisa menanggapi 
rusaknya / jeleknya pemahaman dia, sebagai mana jeleknya pemahaman Dia 
ketika memahami perkataan Syaikh Rabi’ Utruku Asbabal Khilaf, Dia 
memahami ucapan Syaikh tersebut dengan mengatakan tidak usah membahas 
Radio Rodja karena itu akan menyebabkan perpecahan hal ini ana dengar 
dari Ustadz Asykari ketika Beliau menelpon Ana.</div>

Tanggapan Asatidzah atas Penjelasan Dzulqarnain terkait Fatwa Tahdzir Syaikh Rabi’ Hafizhahullah

1.Soal di tujukan Kepada Ustadz Muhammad As Seweed Hafizhahulloh. “Bismillah Kayf Haaluka yaa Ustadzy? Kayf Nasehat Antum Tentang Bayan Dzulqarnain terkait Fatwa Syaikh Rabi’? Jazaakallah Khaira Jawa…

Load more posts

AL-HAQ

Syi’ah dan Kemaksuman Para Imam

Syi’ah dan Imamah

Bantahan Untuk Syubhat Batil Kaum Khawarij

Bantahan Terhadap Pihak Yang Menyamakan Antara: Watsiqoh Muhammad Al Imam dengan Fitnah Pemaksaan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Makhluq

Kedudukan Asy-Syaikh Rabi’ Hafizhahullah Ta’ala Disisi Para Ulama

Menjadi Suami Yang Terbaik (Bagian 1)

Pelajaran Dari Sebuah Kisah

Jalan Siapakah Yang Kita Tempuh?

Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.04 )

Syirik Kaum Syi’ah

Haramnya Gambar Serta Bantahan Terhadap Mereka yang Membolehkannya ( Bag.03 )

Tanggapan Asatidzah atas Penjelasan Dzulqarnain terkait Fatwa Tahdzir Syaikh Rabi’ Hafizhahullah

Labels

Entri Populer

Blog Archive

Syi’ah dan Kemaksuman Para Imam

Syi’ah dan Imamah

Bantahan Untuk Syubhat Batil Kaum Khawarij

Bantahan Terhadap Pihak Yang Menyamakan Antara: Watsiqoh Muhammad Al Imam dengan Fitnah Pemaksaan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Makhluq

Kedudukan Asy-Syaikh Rabi’ Hafizhahullah Ta’ala Disisi Para Ulama

Hukum menghadiahkan bacaan Al Qur’anul Karim untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau selain beliau?

Hakekat Diciptakannya Seorang Hamba (Risalah Pena Kangen)

Hukum Mendatangi Dukun

Syarat-Syarat di Terimanya Taubat

Kafirkah Orang Yang Berhukum Dengan Selain Hukum Allah?

Perbaikilah Niat dan Hindari Murka Allah

Janganlah Engkau Jadikan Musim Hujan Sebagai Kambing Hitam

Macam-macam Cinta

Contact Form